Sirajudin Nur mengunjungi komunitas Gasing di Pulau Kundur, Senin (13/11/2023). Kunjungan ini dimaksudkan untuk memberi dukungan dan apresiasi atas upaya masyarakat dalam melestarikan permainan gasing yang merupakan permainan tradisional Melayu.

Gasing merupakan permainan tertua di dunia, gasing juga sudah ada dan menjadi permainan tradisional di nusantara sejak lama.

Di Kepulauan Riau, permainan gasing telah ada jauh sebelum penjajahan Belanda. Gasing memiliki beragam bentuk, tergantung daerahnya. Ada yang bulat lonjong, ada yang berbentuk seperti jantung, kerucut, silinder, juga ada yang berbentuk seperti piring terbang.

Gasing terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki (paksi). Namun, bentuk, ukuran dan bahan gasing, berbeda-beda menurut daerah masing-masing.

Dalam dialog bersama komunitas gasing karimun ini, pegiat Gasing kundur menyampaikan harapan kepada Anggota Komisi IV DPRD Kepri agar pemerintah daerah memberikan perhatian terhadap kelangsungan dan keberlanjutan permainan tradisional Melayu yang cukup populer dikalangan masyarakat hinterland, agar tidak hilang ditelan zaman dan dilupakan oleh generasi muda.

Sirajudin Nur mengaku akan memberikan dukungan dukungan yang diperlukan bagi pelestarian budaya daerah khususnya permainan permainan tradisional melayu yang telah menjadi warisan turun temurun.

Di antara dukungan yang dimaksud adalah fasilitasi penyelenggaraan event skala lokal dan regional, pelatihan dan dukungan badan hukum komunitas dan bantuan lainnya yang dianggap perlu.

“Saya tentu akan ikut memberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan untuk kepentingan pelestarian budaya daerah. Saya juga memberi apresiasi dan rasa hormat kepada seluruh pegiat seni budaya yang ada di Kepri, karena mereka berjasa dalam menjaga, melestarikan dan melindungi kebudayaan daerah kita,” ujar Sirajudin Nur.

“Kalau bukan kita sebagai orang daerah, siapa lagi yang akan bertanggungjawab untuk memastikan warisan warisan budaya Melayu Kepri akan terus eksis dan dihargai keberadaannya. Saya meminta kepada pemda-pemda untuk ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan kebudayaan daerah secara sungguh-sungguh dan berkeadilan,” pungkasnya.

Editor: PARNA