Salah satu komorbid atau penyakit penyerta tertinggi pada pasien terinfeksi COVID-19 di dunia, termasuk Indonesia, adalah hipertensi. Di Indonesia, hipertensi merupakan penyebab kematian ke-3 setelah stroke dan TBC, serta penyebab utama penyakit gagal ginjal di Indonesia.

Selain itu, hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar di dunia dan dapat menyebabkan terjadinya stroke, kebutaan, penyakit jantung, gagal ginjal, serta penyakit pembuluh darah lainnya. Setiap tahun, setidaknya terdapat 9.4 juta kematian yang disebabkan oleh hipertensi. Oleh sebab itu, hipertensi merupakan salah satu penyakit yang harus diwaspadai oleh seluruh masyarakat.

Umumnya, hipertensi terjadi pada orang-orang berusia lanjut. Namun, ternyata hipertensi masih bisa dialami oleh orang-orang berusia muda. Pasalnya, terdapat dua jenis hipertensi, yakni hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

“Hipertensi primer itu umumnya penyebab langsungnya tidak diketahui. Salah satunya adalah sebenarnya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi atau faktor-faktor risiko lain, termasuk obesitas dan lain sebagainya,” ujar dr Tunggul Diapari Situmorang, Sp PD-KGH, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dalam acara Virtual Press Conference yang diadakan pada Jumat (26/2/2021).

Dokter Tunggul mengatakan bahwa jika hipertensi terjadi pada orang-orang usia muda, umumnya disebabkan oleh hipertensi sekunder, yakni hipertensi yang disebabkan oleh penyakit tertentu.

“Pada orang muda, kalau terjadi hipertensi, maka umumnya dicari hal-hal yang sekunder. Hal-hal yang sekunder yaitu diketahui penyebabnya. Katakanlah ada penyempitan pembuluh darah ginjal, ya, pada usia-usia muda. Maka itu akan membuat hipertensi pada usia muda,” ungkapnya.

Menurutnya, orang-orang usia muda yang mengidap hipertensi bisa mengatasi hal tersebut dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Namun, dokter Tunggul juga mengatakan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menemukan penyebab terjadinya hipertensi di usia muda.

“Dengan memperbaiki itu (pola hidup), maka tekanan darahnya akan terkontrol tanpa obat-obatan. Atau katakanlah ada pembesaran kelenjar di atas ginjal, itu dengan membuang itu kelenjar, maka tekanan darahnya akan terkendali. Jadi, pada usia muda, sering harus dicari dulu penyebab sekundernya,” pungkas dokter Tunggul.

Di sisi lain, dr Eka Harmeiwaty, Sp S, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, mengatakan bahwa pemeriksaan tekanan darah sudah harus dilakukan pada orang dewasa usia 18 tahun ke atas. Hal ini dilakukan agar dapat mendeteksi dini jika terjadi hipertensi.

“Deteksi dini itu sudah dilakukan pada orang dewasa (berusia) 18 tahun ke atas, itu salah satu upayanya. Karena memang (hipertensi) banyak tidak ada gejala, tiba-tiba nanti sudah stroke, itu kan banyak kita temukan, serangan jantung, atau gagal ginjal,” kata dokter Eka.

Sementara itu, terkait makanan yang bisa menyebabkan terjadinya hipertensi, dokter Eka mengatakan bahwa makanan dengan kandungan garam yang tinggi dapat menginduksi terjadinya hipertensi.

“Orang Asia, termasuk Indonesia, itu sangat sensitif terhadap garam, sehingga dengan demikian tentunya makanan dengan kandungan garam yang tinggi itu dapat menginduksi pendekatan tekanan darah. Oleh karena itu, untuk kita tentunya menghindari ataupun mencegah kenaikan hipertensi bagi pasien hipertensi lebih lanjut itu kan memerhatikan penggunaan garam dalam makanan,” jelasnya.

Menurutnya, kadar garam yang direkomendasikan setiap harinya hanya diperbolehkan sebanyak satu sendok teh atau sekitar tiga gram natrium setiap harinya. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa hipertensi dapat dicegah sejak dini dengan memerhatikan makanan yang dikonsumsi setiap harinya.

 

Editor : Parna

Sumber ; detiknews