Para ilmuwan membuktikan bahwa sel kekebalan bisa melindungi seseorang dari COVID-19 selama enam bulan setelah terinfeksi. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian terhadap 100 pasien COVID-19.

Penelitian ini dilakukan oleh Konsorsium Imunologi Coronavirus Inggris, yang melibatkan Universitas Birmingham, fasilitas penelitian klinis NIHR Manchester, dan Kesehatan Masyarakat Inggris.

Dari 100 orang tersebut, pasien yang bergejala memiliki reaksi sel-T yang jauh lebih tinggi. Tetapi, belum jelas apakah sel kekebalan yang ditemukan ini bisa melindungi dari reinfeksi. Tim peneliti Inggris mengatakan, hal ini hanya temuan kecil terkait kekebalan COVID-19 yang masih harus dipelajari.

“Hasil awal menunjukkan bahwa respons sel-T mungkin bertahan lebih lama dari respons antibodi awal, yang bisa berdampak signifikan pada pengembangan vaksin COVID-19 dan penelitian kekebalan,” jelas Dr Shamez Ladhani, penulis studi sekaligus konsultan epidemiologi di Public Health England yang dikutip dari BBC, Selasa (3/11).

Selain itu, menurut Prof Paul Moss dari Universitas Birmingham, ini merupakan penelitian pertama di dunia yang menunjukkan bahwa sel kekebalan yang kuat tetap bertahan hingga enam bulan setelah infeksi.

Hal ini didasarkan pada sampel yang diambil dari 23 petugas kesehatan pria dan 77 wanita yang terinfeksi COVID-19 pada bulan Maret atau April, dengan gejala sedang, ringan, atau tanpa gejala. Tetapi, selama dirawat kondisi mereka tetap stabil, atau tidak ada yang kritis.

Peneliti berpendapat ada kemungkinan sel-T memberikan respons yang lebih baik pada pasien COVID-19 yang bergejala, agar tidak terinfeksi kedua kalinya. Tetapi, mungkin juga pasien tanpa gejala bisa melawan virus tanpa membangun respons kekebalan yang besar.

“Kami membutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengetahui apakah individu yang bergejala lebih terlindungi dari infeksi ulang di masa depan atau tidak,” kata Prof Moss.

 

 

Editor : Parna

Sumber : detikhealth