Jakarta – Kementerian BUMN merespons tuduhan Politikus PDI-Perjuangan (PDIP) Adian  Napitupulu yang menyatakan ada mafia dalam proses pemilihan direksi dan komisaris perusahaan pelat merah. Mereka melalui Staf Khusus (Stafsus) Menteri BUMN Arya Sinulingga menyatakan Adian telah melakukan blunder dan tidak paham dengan budaya korporasi.

Blunder tersebut salah satunya dia arahkan pada pernyataan Adian yang menyebut keberadaan mafia terendus dari penunjukan 5.000 komisaris BUMN yang tidak jelas asal muasalnya.

“Bung Adian Napitulu ini banyak blundernya Karena tidak paham budaya korprasi,” katanya dalam pernyataan yang dikeluarkan Jumat (24/7) ini.

Sebagai informasi, Adian mengatakan pada Kamis (23/7) menyebut semua direksi dan komisaris BUMN adalah titipan.

Tuduhan ia dasarkan pada dua alasan. Pertama, proses rekrutmen direksi dan komisaris yang dilakukan tanpa lowongan atau lelang jabatan yang tak terbuka bagi publik.

Kedua, latar belakang direksi dan komisaris BUMN yang tidak jelas. Ia menduga ketidakjelasan latar belakang itu terjadi karena adanya campur tangan mafia dalam proses rekrutmen.

“Mungkin enggak di mana 5.000 itu titipan mafia migas, mafia infrastruktur, mafia proyek, mafia impor, mafia alkes dan sebagainya, mungkin tidak? Mungkin. Karena kita enggak tahu asal-usulnya dari mana,” kata Adian.

Arya mengatakan pernyataan Adian tersebut justru mempermalukan dia sendiri. Pasalnya, pernyataan itu justru malah menunjukkan Adian tidak mengerti budaya korporasi sehingga mengeluarkan pernyataan yang tak benar.

“Karena mana ada perusahaan pernah buka lowongan untuk direksi dan komisaris di media atau diumumkan secara terbuka. Cek saja di perusahaan manapun di dunia,” katanya.

Arya mengatakan walau tidak diumumkan terbuka, direksi dan komisaris BUMN dipilih dengan proses ketat supaya orang yang didapat tepat dan punya kemampuan serta latar belakang mumpuni.

Ada proses di internal kementerian dalam menunjuk direksi untuk perusahaan pelat merah. Salah satunya dengan sistem talent pool.

Beberapa waktu lalu Arya menuturkan sistem talent pool itu akan menyeleksi siapa-siapa saja yang tepat menjadi direktur di BUMN. Talent pool itu sendiri dikelola oleh Deputi Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Alex Denni.

“Makanya jangan heran antar BUMN saling ganti, itu karena satu talent pool. Dia akan seleksi. Kami ada deputi SDM, mereka akan kelola talent pool,” ucap Arya.

Setelah sistem talent pool menemukan pihak-pihak yang cocok menjadi direktur di salah satu BUMN, maka namanya akan diajukan ke Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin dan Kartika Wirjoatmodjo.

Jika perusahaannya strategis, sambung Arya, maka nama tersebut juga akan dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). BUMN strategis yang dimaksud, yakni PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, dan beberapa bank.

“Aturan ini sudah sejak lama, sejak jaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),” terang Arya.

 

Editor : Aron

Sumber : cnnindonesia