JAKARTA – Musik kerap kali menemukan jalan untuk bisa ‘dikawinkan’ dengan pelbagai aktivitas, termasuk parenting alias menjadi orang tua. Luisa Huisman Koops, profesor pendidikan musik di Case Western Reserve University, AS menyebut hal tersebut sebagai ‘parenting musically’.

Ia menerangkan, parenting musically adalah cara mendeskripsikan atas apa yang terjadi menggunakan musik. Jadi ayah atau ibu bisa menggunakan musik untuk menjelaskan sebuah aktivitas atau kegiatan apapun yang nonmusikal.

Contohnya bisa beragam, kegiatan keseharian atau berkaitan dengan tugas sekolah anak.

“Ibu bisa menyanyikan lagu untuk membantu anak menggosok gigi. Atau ayah bisa menggunakan daftar lagu untuk membuat pekerjaan rumah di Minggu pagi jadi lebih menyenangkan. Anak-anak pun juga bisa menyanyikan lagu dengan kakek dan nenek lewat video conference sebagai cara untuk memperdalam ikatan emosional mereka,” terang Koops dikutip dari The Conversation.

Menurut Koops, tiap orang tua boleh jadi punya cara berbeda untuk mempraktikkan parenting musically dan tidak ada cara terbaik. Anda bisa mempelajari musik secara informal melalui internet atau mengajak anak eksplorasi dengan mendengarkan musik bersama.

Sebab kata Koops, metode ini bukan saja memudahkan aktivitas, tapi juga dengan menyanyi–melantunkan musik–bisa memunculkan dukungan moral satu sama lain di antara anggota keluarga.

“Buat saya, tujuan parenting musically adalah untuk merengkuh pengalaman dengan keempat anak saya hari ini yang bisa membantu kami menghadapi rintangan dalam hidup, membawa kami bersama sebagai keluarga dan mengembangkan ketrampilan dan minat yang akan mereka bawa sepanjang hidup,” ungkap dia.

Koops melakukan riset bagaimana orang tua ‘mengawinkan’ musik pada apapun, mulai dari tugas sehari-hari, rutinitas keluarga hingga praktik beragama.

Ilustrasi anak sekolah

Dalam studinya, dia mengamati keluarga yang menggunakan musik untuk mengembangkan identitas anak. Ibu dari Francesca mempelajari bahwa lagu-lagu daerah Hungaria membuatnya belajar untuk bertumbuh. Ini pun ditularkan pada sang puteri sehingga ia meluangkan waktu untuk menyanyikan lagu-lagu tersebut dengan kakek dan nenek Francesca di Hungaria via Skype.

Sementara orang tua Maggie yang berkulit putih memutar lagu-lagu tertentu untuk merawat identitas Maggie yang keturunan Afrika-Amerika.

Keluarga lain yang beragama Yahudi Ortodoks, menggunakan musik untuk keseharian dan ibadah mingguan juga di hari libur. Anak pun secara tidak langsung belajar tentang Purim, hari libur orang Yahudi. Lagu menjelaskan tentang latar belakang dan detail dari perayaan ini.

Selama masa karantina mandiri pandemi virus corona ini, mumpung orang tua punya lebih banyak waktu bersama anak maka tak ada salahnya mencoba menyisipkan musik dalam hidup sehari-hari. Tak hanya jadi sekadar musik sebagai latar dalam beraktivitas tetapi juga membuat musik seolah ikut terlibat sehingga turut memainkan emosi anak.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia