Ilustrasi. Sebuah rudal meledak selama serangan udara Israel di Kota Gaza, Senin (9/10/2023).

Keluarga Tabatibi tengah berkumpul untuk sahur bersama pada Jumat pertama, (15/3), di Bulan Ramadan di Gaza, Palestina. Namun tiba-tiba serangan udara menghantam kediaman mereka. Pemandangan berubah menjadi pertumpahan darah.

Dikutip dari AFP, serangan udara tersebut menghantam gedung tempat mereka tinggal. Serangan terjadi saat anggota keluarga tengah menyiapkan makanan sahur. Menurut keluarga korban yang selamat, 36 orang tewas akibat serangan itu.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengkonfirmasi jumlah korban tewas, sembari menuding Israel sebagai pelaku serangan di wilayah Nuseirat itu. Sementara, militer Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki insiden tersebut.
“Ini ibu saya, ini ayah saya, ini bibi saya, dan ini saudara laki-laki saya,” kata Mohammed al-Tabatibi, 19 tahun, yang tangan kirinya terluka akibat serangan itu, sambil menangis di Al-Aqsa yang merupakan Rumah Sakit Martir di dekat Deir al-Balah.
“Mereka mengebom rumah saat kami berada di dalamnya. Ibu dan bibi saya sedang menyiapkan makanan sahur. Mereka semua sahid,” sambungnya.
Dia berbicara saat jenazah keluarganya dibaringkan di halaman rumah sakit dalam proses pengangkatan untuk dibawa ke pemakaman.
Karena jumlah kantong jenazah yang tersedia tidak mencukupi, beberapa korban tewas termasuk dua anak-anak dibungkus dengan kain putih yang berlumuran darah.
Serangan di Nuseirat adalah salah satu dari 60 serangan udara mematikan yang dilaporkan oleh kantor pers pemerintah yang dikelola Hamas, dari Kota Gaza di utara hingga Rafah di selatan.
“Ini adalah malam berdarah, malam yang sangat berdarah,” kata Salama Maarouf dari kantor media pemerintah yang dikelola Hamas.
Editor: PARNA
Sumber: kumparan