Suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terus merangkak naik hingga mencapai 3,13 persen atau 2.403.013 suara pada Minggu (3/3) berdasarkan hasil real count KPU.

Banyak pihak mempertanyakan lantaran PSI berhasil meraih suara sebanyak tiga persen hanya dalam waktu 30 jam.

Salah satu kecaman datang dari Koalisi Masyarakat Sipil. Mereka menilai lonjakan suara PSI ini tidak masuk akal. PSI disebut satu-satunya partai yang mengalami lonjakan suara tajam dalam kurun waktu dan rentang persentase suara masuk yang sama.

Koalisi menyoroti bagaimana suara PSI di tingkat nasional melesat dalam enam hari terakhir.

“Partai yang dipimpin anak bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu mendulang nyaris 400 ribu suara dalam waktu sangat cepat. Sampai saat Siaran Pers ini ditulis pada Sabtu (2/3) jam 13.00 WIB, total suara PSI sudah mencapai 3,13 persen, mendekati ambang batas parlemen sebesar 4 persen,” dikutip dari pernyataan tertulis koalisi, Minggu (3/3).

Padahal, dalam pantauan mereka, hasil real count data dari 530.776 TPS per Senin (26/2), suara PSI hanya sebesar 2.001.493 suara atau 2,68 persen.

“Bagi Koalisi Masyarakat Sipil yang sangat akrab dengan data riset serta terbiasa membaca tren dan dinamika data, lonjakan persentase suara PSI di saat data suara masuk di atas 60 persen itu tidak lazim dan tidak masuk akal,” tulis koalisi lebih lanjut.

Koalisi sudah menduga penggelembungan suara akan terjadi bersamaan dengan penghentian penghitungan manual di tingkat kecamatan dan penghentian Sirekap KPU.

Sejak Minggu (18/2) silam, KPU sempat menghentikan pleno terbuka rekapitulasi suara secara manual di tingkat kecamatan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).

Pada saat yang sama, Sirekap KPU dihentikan dengan alasan sinkronisasi data. Sirekap secara faktual beberapa kali tidak bisa diakses publik. Koalisi kemudian mengingatkan bahwa penghentian pleno terbuka tentang rekapitulasi suara secara manual di tingkat kecamatan serta penghentian Sirekap KPU harus dipersoalkan.

“Sebab hal itu menguatkan kecurigaan publik bahwa Pemilu 2024 telah dibajak oleh rezim Jokowi,” lanjut koalisi.

Koalisi menduga kuat penghitungan suara telah direkayasa untuk mewujudkan keinginan Jokowi, yaitu memenangkan paslon Prabowo-Gibran, meloloskan PSI ke parlemen, dan menggerus suara PDI Perjuangan.

“Jika dugaan penggelembungan suara PSI dan fakta-fakta kecurangan ini dibiarkan, maka lengkaplah kekacauan Pemilu 2024 yang dengan sendirinya menghancurkan legitimasi Pemilu.”

PSI sebelumnya memprotes anggapan suara mereka naik secara drastis dan tiba-tiba.

Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menduga ada upaya penggiringan opini. Dia pun mempertanyakan kenapa hanya suara PSI yang disoroti.

“Kita tunggu saja hasil perhitungan akhir KPU. Jangan menggiring opini yang menyesatkan publik,” kata Grace melalui keterangan tertulis, Sabtu (2/3).

Grace menilai peningkatan suara PSI dalam beberapa jam terakhir sebuah hal wajar. Dia mengingatkan penghitungan suara masih berlangsung.

Dia berkata masih ada sekitar 70 juta suara yang belum masuk Sirekap. Sebagian suara yang belum masuk pun adalah basis massa PSI.

“Apalagi hingga saat ini masih lebih dari 70 juta suara belum dihitung dan sebagian besar berada di basis-basis pendukung Jokowi di mana PSI mempunyai potensi dukungan yang kuat,” ujarnya.

Grace mengatakan, “Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut.”

Sebelumnya, suara PSI naik sekitar 0,12 persen atau 104 ribu suara dalam 30 jam. PSI masih belum bisa menembus DPR, tetapi kenaikan suara itu mendekatkan PSI ke ambang batas parlemen 4 persen.

Editor: PARNA
Sumber: cnnindonesia.com