Menteri Keuangan era SBY, M Chatib Basri Foto: Ari SaputraMenteri Keuangan era SBY, M Chatib Basri Foto: Ari Saputra

 

 

JAKARTA, POJOK BATAM.ID – Amerika Serikat (AS) dan China saat ini masih mengalami ketegangan dalam sektor perdagangan. Kondisi perang dagang ini disebut-sebut turut mempengaruhi negara-negara yang menjadi mitra dagang keduanya.

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia bisa bertahan dengan gejolak ekonomi akibat perang dagang ini?

Mantan Menteri Keuangan era Presiden SBY, Chatib Basri mengungkapkan Indonesia merupakan negara yang beruntung bisa bertahan di tengah gejolak ekonomi global akibat perang dagang antara AS dan China.

“Kita ekspor kecil, ke global ya efeknya kecil. Dulu 2008 kita survive di global financial crisis karena dua hal, policy yang baik dan share ekspornya kecil”Menteri Keuangan era Presiden SBY, Chatib Basri

Menurut dia hal tersebut karena share ekspor dari Indonesia tidak terlalu besar. “Betul, karena share dari ekspor kita kecil. Contohnya gini, kalau anda tidak mau tertular dari penyakit menular di luar, ya jangan keluar rumah, anda di dalam ya tidak kena,” kata Chatib di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (20/8/2019).

Dia mengatakan, negara tetangga yang terdampak seperti Singapura karena memiliki share ekspor yang besar.

“Kita ekspor kecil, ke global ya efeknya kecil. Dulu 2008 kita survive di global financial crisis karena dua hal, policy yang baik dan share ekspornya kecil,” imbuh dia.

Sebelumnya Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan bahwa meskipun perekonomian bergejolak, masih ada peluang keuntungan bagi Indonesia. Peluang yang pertama adalah relokasi pabrik dari China ke Indonesia.

“Pak Presiden menyampaikan harus liat dari sisi opportunities. Apa saja? Kita ambil mereka banyak sekali yang relokasi industrinya dan sekarang kita harus tangkap itu, karena tanpa itu kita tidak mungkin ada penambahan ekspor, bahkan penurunan iya,” kata Enggar di Hotel Mulia, Senin (19/8/2019).

Selain itu, dari segi perdagangan, Indonesia juga memiliki segudang potensi komoditas yang bisa diekspor, mulai dari buah-buahan tropis, kelapa sawit, batu bara, nikel, bahkan hingga sarang burung walet.

“Apa sih yang mereka perlukan, buah-buahan tropis, sarang burung walet yang saat ini banyak ilegal. CPO (crude palm oil/kelapa sawit) juga tidak ada batasan di China, dan kemudian batu bara dan kemudian nikel itu mereka butuh besar sekali,” ungkap Enggar.

Editor: HEY
Sumber: finance