Jet tempur F-16 yang dikendalikan AI yang membawa Menteri Angkatan Udara AS Frank Kendall mengudara di California pada Jumat (3/5) lalu (AP Photo/Damian Dovarganes)

Menteri Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) Frank Kendall terbang dengan jet tempur F-16 yang dikendalikan oleh kecerdasan buatan atau AI. Hal ini dilakukan Kendall saat Angkatan Udara AS berencana untuk mengoperasikan lebih dari 1.000 kendaraan udara yang diterbangkan oleh AI.

Seperti dilansir Associated Press dan Fox News, Senin (6/5/2024), Kendall duduk di kokpit jet tempur F-16 yang mengudara melintasi gurun di California pada Jumat (3/5) pekan lalu. Penerbangan ini dilakukan secara rahasia demi alasan keamanan.

Kendall, bulan lalu, mengumumkan rencananya untuk terbang dengan jet tempur F-16 yang dikendalikan oleh AI saat berbicara kepada panel pertahanan Komite Alokasi Senat AS, sembari membahas soal masa depan peperangan udara yang bergantung pada drone-drone yang dioperasikan secara otomatis.

Pada Jumat (3/5) waktu setempat, Kendall melaksanakan rencananya, mewujudkan hal yang bisa menjadi salah satu kemajuan terbesar dalam penerbangan militer sejak pesawat siluman diperkenalkan pada awal tahun 1990-an silam.

Kendall terbang ke Pangkalan Angkatan Udara Edwards untuk menyaksikan dan merasakan penerbangan AI secara real time.

Jet tempur F-16 yang dikendalikan AI itu disebut sebagai “Vista” yang berhasil mengudara dengan membawa Kendall di kokpit. Jet tempur Vista mampu bermanuver dengan kecepatan lebih dari 550 mph atau setara 885 kilometer per jam, memberikan tekanan pada tubuh Kendall hampir lima kali gaya gravitasi.

Sebuah jet tempur F-16 yang diterbangkan manusia turut mengudara mendampingi jet tempur Vista yang membawa Kendall.

Kedua jet tempur itu berpacu dalam jarak 304 meter, dengan masing-masing saling melakukan putaran dan manusia, dalam upaya memaksa saingannya untuk menyerah.

Kendall tampak menyeringai ketika keluar dari kokpit jet tempur Vista setelah penerbangan selama satu jam. Kepada wartawan yang diundang ke lokasi, dia mengatakan dirinya melihat cukup banyak hal untuk mempercayai teknologi AS dalam memutuskan apakah akan menembakkan senjata selama perang.

Saat berbicara kepada Associated Press, Kendall membahas soal teknologi AI dan perannya dalam pertempuran udara di masa depan.

“Ada risiko keamanan jika tidak memilikinya. Pada tahap ini, kita harus memilikinya,” tegas Kendall dalam pernyataannya.

Associated Press dan NBC News diberi izin untuk menyaksikan penerbangan rahasia itu, dengan kesepakatan bahwa kedua media terkemuka AS itu tidak akan melaporkan aktivitas itu hingga penerbangan selesai dilakukan, karena alasan keamanan.

Di sisi lain, banyak pihak yang menentang gagasan komputer mengambil keputusan dalam perang, karena khawatir AI suara hari nanti bisa menjatuhkan bom tanpa berkonsultasi dengan manusia. Pihak yang sama menentang mesin perang bertenaga AI dan berupaya membatasi penggunaannya.

Namun tetap saja, Kendall mengatakan bahwa pengawasan manusia akan selalu berperan ketika penggunaan senjata dipertimbangkan.

Angkatan Udara AS berencana memiliki armada berkemampuan AI yang terdiri atas lebih dari 1.000 drone yang dioperasikan oleh AI, dengan drone pertama akan beroperasi tahun 2028 mendatang.

Editor: PARNA
Sumber: detik.com