Petugas darurat berdiri dengan tandu di luar Westfield Shopping Centre tempat banyak orang ditikam di Sydney, Sabtu, 13 April 2024. Foto: AP Photo/Rick Rycroft

Kota terbesar di Australia, Sydney, diterjang dua teror. Yang teranyar terjadi di sebuah gereja. Sedangkan, pada akhir pekan lalu teror terjadi di mal tersibuk di kota itu.

Teror di mal menewaskan enam orang. Sementara teror di gereja melukai empat orang termasuk seorang pendeta.

Berikut rangkuman dua teror yang terjadi di Sydney.

Pada Senin malam (15/4) penusukan massal terjadi sebuah gereja. Insiden itu terjadi di tengah misa.

Kepolisian menyebut, pelaku sudah ditangkap. Kini, pelaku sedang menjalani pemeriksaan.

Lokasi kejadian tepatnya terjadi di Gereja Good Shepherd di Wakeley. Lokasi kejadian berjarak 30 kilometer sebelah barat pusat bisnis Sydney.

Pendeta yang menjadi korban teridentifikasi sebagai Mar Mari Emmanuel. Dari unggahan video tersebar di media sosial, saat misa sedang berlangsung pelaku berjalan menuju Emmanuel yang sedang berdiri di altar.

Pelaku lalu menusuk pendeta berulang kali. Beberapa jemaat mencoba melumpuhkan pelaku. Sang pendeta yang jadi korban adalah pemimpin aliran Kristen ultra-konservatif Assyrian Orthodox.

Penembakan dan penusukan dilaporkan terjadi di salah satu mal di Sydney Australia pada Sabtu (13/4). Ratusan pengunjung mal itu dievakuasi.

Laporan itu diungkap media lokal news.com.au. Mereka menyebut, peristiwa berdarah terjadi di salah satu mal tersibuk di sekitar Pantai Bondi.

Komisaris Polisi New South Wales, Karen Webb, menyebut ada lima perempuan dan laki-laki yang tewas. Webb menepis jika serangan itu merupakan tindakan terorisme.

Beberapa hari setelah teror pelaku terungkap. Ia adalah Joel Cauchi (40). Diduga dia melakukan aksinya karena frustrasi tak kunjung punya pacar.

Ayah Cauchi, Andrew, bercerita jika putranya memang mengidap penyakit mental dan frustrasi pada perempuan.

“Dia menginginkan seorang pacar dan dia tidak memiliki keterampilan sosial sehingga merasa sangat frustrasi,” kata Andrew.

Editor: PARNA

Sumber: kumparan