PHK besar-besaran di sektor teknologi masih berlanjut di tahun 2024. Sepanjang Januari 2024, hampir 100 perusahaan teknologi termasuk Meta, Amazon, Microsoft, dan Google merumahkan sekitar 25.000 karyawan karena berbagai alasan.

Tahun lalu, perusahaan teknologi melakukan PHK karena alasan seperti rekrutmen karyawan besar-besaran saat pandemi, inflasi yang tinggi, dan permintaan konsumen yang lemah. Tapi tahun ini perusahaan-perusahaan tersebut mendulang profit dalam jumlah besar bahkan valuasinya memecahkan rekor.

Menurut Jeff Shulman, profesor di University of Washington Foster School of Business, PHK kali ini disebabkan oleh ‘efek kerumunan’ yang terjadi di sektor teknologi.

“PHK tampaknya membantu (mendongkrak) harga saham mereka, sehingga perusahaan-perusahaan ini tidak memiliki alasan untuk berhenti,” kata Shulman, seperti dikutip dari NPR, Selasa (30/1/2024).

“Mereka bebas melakukannya karena semua orang melakukannya. Dan mereka bebas melakukannya karena sekarang itu adalah bentuk normal baru. Karyawan lebih nyaman dengan hal ini, investor saham mengapresiasinya, jadi saya pikir kita akan melihat (PHK) terus berlanjut untuk beberapa waktu,” sambungnya.

Teori yang sama juga dikemukakan oleh Jeffrey Pfeffer, profesor bisnis dari Stanford University. Ia menyebut fenomena perusahaan di satu industri meniru perusahaan lain memangkas karyawan sebagai ‘copycat layoffs’.

Pfeffer mengatakan ketika satu perusahaan teknologi besar memangkas karyawannya, direksi di perusahaan lain akan bertanya-tanya kenapa eksekutif mereka tidak melakukan hal yang sama.

“PHK di industri teknologi pada dasarnya merupakan bentuk penularan sosial, di mana perusahaan meniru apa yang dilakukan perusahaan lain,” kata Pfeffer.

PHK kali ini juga dipengaruhi oleh suku bunga yang naik jika dibandingkan dengan era pandemi. Beberapa perusahaan teknologi juga merombak stafnya untuk memprioritaskan investasi di kecerdasan buatan (AI) generatif.

Pasar juga melihat tren PHK di perusahaan teknologi sebagai sesuatu yang positif. Nilai saham perusahaan teknologi seperti Alphabet, Meta, dan Microsoft meroket dalam sebulan terakhir, bahkan valuasi Microsoft menembus USD 3 triliun.

“Anda melihat perusahaan-perusahaan teknologi ini hampir mendapatkan imbalan dari Wall Street atas disiplin pengeluaran mereka, dan itu mungkin mendorong perusahaan-perusahaan ini, dan perusahaan lainnya di teknologi, untuk memangkas pengeluaran dan merumahkan karyawan,” kata Roger Lee yang mengelola situs tracker layoffs.fyi.

Editor: PARNA
Sumber: detik.com