Tren diet keto kerap dijalani oleh beberapa orang. Diet keto dilakukan dengan mengurangi asupan karbohidrat secara drastis dan menggantinya dengan asupan lemak.

Banyak ahli gizi tak menyarankan penerapan diet keto karena dinilai bisa berdampak buruk pada kesehatan. Tapi, ternyata tak cuma buat kesehatan, diet keto juga ditemukan berdampak buruk pada lingkungan.

Hal ini ditemukan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Tulane University, Amerika Serikat. Studi menilai enam pola makan populer, termasuk diet keto, berdasarkan nilai gizi dan dampaknya terhadap lingkungan.

Temuan yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition pada Rabu (1/3) lalu melihat adanya korelasi antara makanan sehat dan emisi karbon yang rendah.

Para peneliti mengecek pola makan atau diet harian yang dijalani lebih dari 16 ribu orang dewasa sepanjang 2005-2010. Mereka kemudian membagi data individu menjadi enam kelompok diet, yakni diet keto, paleo, vegan, vegetarian, pescetarian, dan omnivora.

Mereka menemukan bahwa kelompok yang mempraktikkan diet keto rata-rata menghasilkan hampir 3 kilogram karbon dioksida untuk setiap 1.000 kalori yang dikonsumsi. Angka ini empat kali lebih tinggi dari jejak karbon yang dihasilkan oleh kelompok vegan dengan ukuran yang sama.

“Berdasarkan hasil temuan kami, itu [pola makan nabati] akan mengurangi jejak karbon dan kesehatan Anda,” kata Diego Rose, penulis utama studi sekaligus direktur program nutrisi di Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine, mengutip Insider.

Menurut sebuah studi yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2021 lalu, sistem pangan menyumbang lebih dari sepertiga emisi gas rumah kaca global.

Menerapkan diet keto mengharuskan pelaku diet untuk mengonsumsi sekitar 70 persen kalori dari lemak dan hampir tanpa karbohidrat. Hal ini menyebabkan banyak orang yang menjalani diet keto memilih produk hewani dengan jumlah tinggi.

Ilustrasi. Diet keto ditemukan berdampak buruk pada lingkungan. (iStockphoto/Cook Shoots Food)

Hal ini tentu berpengaruh terhadap produksi daging sapi. Produksi daging sapi sendiri disebut-sebut sebagai pendorong utama emisi karbon. Peneliti tak terkejut jika diet keto memiliki jejak karbon terbesar di antara diet lain yang diteliti.

Pada posisi kedua, ada diet paleo yang juga turut menyumbang emisi karbon. Pola makan kuno ini menghasilkan 2,6 kilogram karbon dioksida per 1.000 kalori yang dikonsumsi.

Sementara pola makan vegan menjadi diet dengan emisi gas rumah kaca paling sedikit. Pola makan rendah emisi lainnya adalah pola makan vegetarian dan pescetarian, pola makan yang mengharuskan orang yang menjalaninya untuk mengonsumsi lebih banyak sayuran, buah, kacang, serta ikan dan seafood.

Namun demikian, studi ini masih memiliki kekurangan karena tak meneliti semua jenis diet yang dikenal di tengah masyarakat.

Editor: HER

Sumber: cnnindonesia