Ikan asin merupakan salah satu lauk yang cukup digemari sebagian masyarakat. Namun, kebiasaan makan ikan asin disebut-sebut menjadi salah satu pemicu risiko kanker. Benarkah demikian?

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Andhika Rachman menjelaskan, pemicu kanker nomor satu di dunia adalah merokok.

Namun di Asia, termasuk Indonesia, pemicu nomor dua adalah konsumsi makanan berpengawet, salah satunya ikan asin.

“Sebenarnya sama hampir di seluruh bagian dunia seperti kanker paru, ini karena habit merokok. Merokok itu yang paling besar menyebabkan 99 persen terjadinya kanker paru pada pria kebanyakan. Sedangkan pada wanita tidak terlalu banyak. Itu yang paling sering,” kata Andhika, seperti dikutip detikcom.

“Kita terbiasa makan ikan asin dalam jumlah banyak. Kemudian makanan berpengawet atau pewarna. Jadi seperti itu pengawet, penyedap rasa, kemudian termasuk pengawet di ikan asin. Jadi sebenarnya tidak hanya ikan saja, tapi yang diawetkan itu yang memiliki potensi untuk menjadi kanker,” tambahnya.

Andhika kemudian menjelaskan, orang yang sering mengonsumsi ikan asin memang tak selalu bakal terkena kanker tenggorokan (nasofaring). Sebab untuk hidup, kanker memerlukan dua hal yakni gen dan lingkungan yang mendukung.

Hanya saja, pada makanan yang mengandung pengawet garam dalam jumlah besar, hidup virus bernama ‘Ebstein-barr’ atau yang biasa disebut EBV.

Dalam jumlah konsumsi yang banyak, terutama dibarengi kebiasaan lain seperti merokok, EBV menyebabkan perubahan mutasi gen terutama di daerah saluran napas.

Berdasarkan riset yang dilakukan terhadap 281 orang dengan kanker nasofaring di RSCM, 70 persen pasien tersebut rutin mengonsumsi ikan asin. Pada sebagian besar di antaranya, hal tersebut juga dibarengi kebiasaan merokok.

“Kebanyakan mengonsumsi jumlah ikan asin, dipengaruhi oleh berapa banyak dan berapa lama dia konsumsi ikan asin. Kebanyakan rata-rata mengkonsumsi dalam waktu 10 tahun dalam hidupnya, jadi memang lama. Memang dasar kita doyan ikan asin,” papar Andhika.

“Terbanyak memang mengonsumsi rokok juga. Ada beberapa yang bermakna menyebabkan perburukan dalam dua tahun. Mereka banyak mengonsumsi rokok,” tambahnya.

Editor: HER

Sumber: cnnindonesia