Pemimpin teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria Van Kerkhove mengungkap varian Delta memberi dampak yang besar pada pandemi, terutama peningkatan risiko rawat inap pada pasien COVID-19.

“Beberapa negara menunjukkan bahwa varian Delta menyebabkan peningkatan risiko tingkat keparahan pasien dan risiko rawat inap,” kata Maria yang dikutip dari CNBC, Rabu (18/8/2021).

“Tetapi, kami belum melihat itu (varian Delta) lebih meningkatkan risiko kematian daripada varian lainnya,” lanjutnya.

Maria mengatakan penyebaran varian Delta di banyak negara saat ini semakin tinggi. Tak hanya itu, ia juga menyebut bahwa varian ini jauh lebih menular daripada varian lainnya, sehingga bisa menginfeksi lebih banyak orang dan membebani sistem kesehatan global.

“Varian Delta dan varian lainnya sama-sama bisa menyebabkan penyakit parah dan kematian. Jika memiliki kondisi penyakit penyerta, berapa pun usianya, akan tetap berisiko lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit,” jelas Maria.Seperti strain lainnya, lanjut Maria, varian ini sangat berbahaya terutama bagi orang-orang yang memiliki riwayat penyakit penyerta. Misalnya seperti obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung.

Selain itu, Maria pun menegaskan bahwa varian Delta ini dengan cepat menyalip penyebaran varian lainnya. Ia mengatakan keberadaan varian Delta ini pun berhasil menggeser penyebaran varian Lambda di banyak negara.

“Prevalensi varian Lambda turun, dan varian Delta meningkat. Varian Delta, di mana-mana diidentifikasi dengan cepat dan menggantikan varian lain yang beredar,” pungkasnya.

Editor: Nul

Sumber: detiknews