Pfizer merespons studi yang dilakukan Israel bahwa efikasi vaksin Covid-19 buatan Amerika Serikat (AS) itu mengalami penurunan menjadi 64 persen pada mutasi virus SARS-CoV-2 varian B.1.617.2 atau varian Delta.

Pfizer mengaku bahwa adanya risiko infeksi ulang yang lebih besar setelah enam bulan vaksin terhadap varian Delta yang sangat menular.

“Penurunan efektivitas vaksin yang baru-baru ini dilaporkan di Israel sebagian besar disebabkan oleh infeksi pada orang yang telah divaksinasi pada Januari atau Februari,” ungkap Chief Scientific Officer Pfizer, Mikael Dolsten, mengutip Reuters, Jumat (9/7).

Kendati demikian, Dolsten mengklaim vaksin Pfizer sangat aktif melawan varian Delta. Namun setelah enam bulan, kemungkinan ada risiko infeksi ulang karena antibodi juga berkurang.

“Ini kumpulan data kecil, tapi saya pikir trennya akurat. Enam bulan keluar, mengingat Delta adalah varian paling menular yang pernah kita lihat, itu dapat menyebabkan infeksi dan penyakit ringan,” kata Dolsten.

Dolsten mengaku kemanjuran vaksin terhadap varian baru virus corona untuk lansia usai 80-an tahun paling banyak mengalami penurunan setelah mendapat suntikan selama enam bulan.

“Namun, dta dari Israel dan Inggris menunjukkan menurunnya tingkat antibodi, vaksin tetap sekitar 95 persen efektif melawan penyakit parah,” klaim Dolsten.

Atas dasar itu, Dolsten mengatakan bahwa data awal dari studi perusahaan sendiri menunjukkan bahwa dosis penguat ketiga atau booster vaksin Covid-19 bisa menghasilkan tingkat antibodi yang lima sampai 10 kali lipat lebih tinggi daripada setelah dosis kedua.

“Ini menunjukkan bahwa dosis ketiga atau booster vaksin akan menawarkan perlindungan yang menjanjikan,” ungkapnya.

Dia mengatakan beberapa negara di Eropa dan negara lain telah mendekati Pfizer untuk membahas dosis booster vaksin. Pfizer sendiri sudah meminta regulator AS untuk mengesahkan dosis booster vaksin Covid-19 bulan depan.

Sebelumnya, berdasarkan penelitian dari Kementerian Kesehatan Israel, adanya penurunan tajam pada efikasi dari vaksin Pfizer-BioNTech dalam mencegah infeksi virus corona, karena penyebaran varian Delta.

Data yang dikumpulkan bulan lalu menunjukkan bahwa vaksin tersebut 64 persen lebih efektif dalam mencegah infeksi pada orang yang divaksinasi penuh. Penelitian itu sebelumnya menunjukkan efikasi Pfizer 94 persen.

“Delta jauh lebih menular, tetapi tampaknya tidak menyebabkan penyakit atau kematian yang serius, mengingat saat ini kami memiliki vaksinnya,” kata salah satu peneliti, Nadav Davidovitch seperti dikutip California News Times, Selasa (6/7).

Meski begitu, penurunan pasien dengan kasus serius dan rawat inap jauh lebih sedikit. Kesimpulan itu berdasarkan data yang dihimpun 2 Mei hingga 5 Juni 2021 vaksin Pfizer memiliki kemanjuran 94,3 persen untuk meminimalisir kasus serius.

Dikutip The Strait Times, kepala eksekutif Pfizer Albert Bourla, mengatakan orang kemungkinan butuh dosis ketiga vaksin Covid-19 dalam waktu 12 bulan setelah mendapatkan vaksin dosis penuh.

Ia menilai Israel memiliki salah satu upaya inokulasi virus corona paling efektif di dunia. Terdapat sekitar 57 persen dari populasi sudah tuntas divaksinasi. Sebanyak 88 persen dari populasi itu merupakan golongan usia di atas 50, yang merupakan kelompok usia dianggap paling berisiko mengalami kasus serius.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia