Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (30/6) menyatakan China kini berstatus sebagai negara bebas malaria.

China dilaporkan berjuang selama 70 tahun untuk melawan malaria yang diakibatkan oleh nyamuk Anopheles yang terinfeksi.

“Kami menyampaikan selamat kepada penduduk China yang berhasil melawan malaria,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam jumpa pers di Jenewa, Swiss, seperti dilansir AFP, Rabu (30/6).

“Keberhasilan yang mereka peroleh tidak mudah dan diraih setelah beberapa dasawarsa dengan melakukan program terarah dan berkelanjutan. China kini menjadi bagian dari negara-negara yang membuktikan diri bisa mencegah dan melawan malaria,” ujar Tedros.

China mulai melakukan penelitian untuk membasmi malaria mulai 1950-an. Pada 1967, mereka meluncurkan riset untuk mencari cara pengobatan mutakhir untuk mengatasi malaria.

Lalu pada 1970-an, China menemukan program pengobatan malaria menggunakan terapi terpadu artemisinin (ACT). Obat itu dinilai yang paling ampuh dalam mengobati pasien malaria.

Lalu pada 1980-an, pemerintah China meluncurkan uji coba pembasmian nyamuk malaria menggunakan insektisida khusus. Serangkaian upaya itu berdampak baik karena jumlah kasus infeksi malaria di China pada 1990-an turun hingga 117 ribu orang.

Status bebas malaria dari WHO bisa didapat jika suatu negara mengajukan permohonan dan tidak mencatatkan satu pun kasus infeksi penyakit itu dalam tiga tahun berturut-turut. Selain itu, mereka juga harus memberi bukti tidak ada lagi kasus infeksi malaria, dan memperlihatkan kemampuan mereka untuk mencegah penyakit itu kembali muncul di kemudian hari.

China menjadi negara ke-40 yang mendapat status bebas malaria dari WHO. Negara lain yang memperoleh status itu adalah El Salvador (2021), Aljazair dan Argentina (2019), serta Paraguay dan Uzbekistan (2018).

Selain China, negara-negara di kawasan Asia-Pasifik yang mendapat status bebas malaria adalah Australia (1981), Singapura (1982) dan Brunei Darussalam (1987).

Wilayah dengan kasus korban meninggal akibat malaria terbanyak di dunia, menurut data WHO, adalah Afrika. Akan tetapi, jumlah korban meninggal akibat penyakit itu semakin menurun.

Menurut data WHO, pada 2000 terdapat 736 ribu penduduk Afrika meninggal akibat malaria. Sedangkan pada 2018 jumlah korban meninggal akibat malaria di benua itu menurun menjadi 411 ribu orang, dan menjadi 409 ribu orang pada 2019.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia