Seorang anak berusia 10 tahun di Bantul, Yogyakarta, harus meregang nyawa usai memakan takjil sate. Diketahui, bumbu sate tersebut mengandung racun sianida. Kasus yang disebut sate beracun tersebut ramai jadi perbincangan di media sosial dan pemberitaan.

Bocah berinisial NF tersebut meninggal selepas mengonsumsi takjil berupa sate bumbu yang didapat oleh ayahnya saat keluar dari sebuah masjid. Gejala keracunan yang dialami berupa mual dan muntah-muntah.

Si bocah serta sang ibu yang mengonsumsi bumbu sate tersebut sempat mendapatkan perawatan intensif di RSUD Kota Yogyakarta. Nahasnya, NF tak berhasil diselamatkan, sedangkan sang ibu saat ini masih menjalani perawatan.

Keracunan bisa terjadi pada siapa saja yang mengonsumsi zat beracun bagi tubuh, baik sengaja maupun tidak sengaja. Perawatan yang tepat pada gejala awal keracunan bisa menyelamatkan nyawa.

Oleh karena itu, kenali gejala awal keracunan dan bagaimana pertolongan pertama yang mesti dilakukan.

Dokter spesialis emergensi dan peneliti di Litbangkes Kemenkes Tri Maharani, mengatakan gejala keracunan (intoksikasi) paling umum adalah mual dan muntah.

Namun, mual pada keracunan berbeda dengan gejala telat makan yang sama-sama menyebabkan mual. Gejala muntah pada keracunan juga berbeda dengan gejala pada infeksi bakteri atau virus.

“Mual dan muntah disebabkan karena intoksikasi makanan atau racun agak berbeda dengan mual muntah yang disebabkan proses inflamasi atau proses infeksi,” kata Tri saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (3/5).

Gejala keracunan

Gejala keracunan yang biasanya terjadi dan menjadi gejala awal yaitu mual dan muntah berat dalam waktu dekat.

Keracunan karena makanan atau minuman juga tak membutuhkan waktu lama untuk menimbulkan gejala, seseorang bisa langsung muntah seketika bahkan beberapa detik sehabis mengonsumsi makanan atau minuman beracun.

Sementara, hal itu jarang terjadi pada penyebab mual yang lain seperti telat makan.

“Rentang waktunya cepat, setelah makan atau minum mengandung racun, bisa langsung dalam hitungan detik hingga jam dia muntah,” kata Tri.

Tri juga menyatakan intensitas muntah dalam gejala keracunan juga bisa sangat buruk. Seseorang bisa muntah 5-10 kali dalam satu menit, dalam jumlah banyak. Muntah juga terjadi terus menerus dan tidak tertahankan.

Pada tahap keracunan ekstrem, muntah terus menerus bisa menyebabkan cairan tubuh berkurang dan menyebabkan dehidrasi hingga gagal jantung.

“Terus mual muntahnya berat, orang bisa muntah terus dalam semenit saja bisa 5-10 kali. Sehingga nanti dehidrasi, kadang kalau muntah ada muntahannya yang masuk ke paru-paru juga, itu bisa membuat kondisi orang jadi lebih buruk,” ucap Tri.

Saat muntah, racun yang masuk ke tubuh belum tentu keluar lewat muntahan. Bisa jadi racun tersebut sudah terserap tubuh dan terkandung dalam darah.

Racun itu dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan abnormalitas pada organ dalam. Jika tak segera ditangani, zat beracun yang masuk ke tubuh bisa menyebabkan kematian.

Lama kelamaan, gejala keracunan juga akan jadi lebih berat. Selain mual, muntah, dan dehidrasi, gejala lain yang mungkin timbul adalah diare, demam, pusing, badan lemas, hingga hilang kesadaran.

Pada beberapa kondisi, bergantung pada jenis racun apa yang masuk ke tubuh, keracunan juga menyebabkan sesak napas hingga gagal napas dan kematian.

“Jadi memang gejalanya cepat, lebih berat, dan makin lama akan semakin buruk, bahkan sampai hilang kesadaran dan gangguan pernapasan,” papar Tri.

Jika muncul gejala tersebut, maka pertolongan pertama apa yang bisa dilakukan? Simak penjelasan tentang pertolongan pertama pada keracunan di halaman berikut.

Pertolongan Pertama pada Keracunan

Langkah pertama yang harus dilakukan pada orang yang keracunan bergejala muntah dan diare yakni minum lebih banyak air putih atau minum oralit. Seperti dilansir Hello Sehat, langkah itu dilakukan dengan tujuan menjaga tubuh dari dehidrasi.

Namun pada gejala yang parah, seperti muntah tak tertahankan, berlangsung dalam intensitas lama dan muntahan banyak, maka sebaiknya langsung mendapatkan perawatan medis.

Tri mengatakan, idealnya orang keracunan langsung dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan dan mendapat perawatan di Unit Gawat Darurat (UGD).

Dokter akan memastikan jenis racun apa yang masuk ke tubuh dengan melakukan pemeriksaan toxidrome. Seperti memeriksa bau napas apakah berbau segar seperti buah, atau berbau busuk, serta melihat pupil mata pasien.

Dokter juga akan melangsungkan pemeriksaan lanjutan dengan memeriksa kandungan dalam feses atau muntahan.

“Dokter akan memberikan pertolongan pertama yang tepat, sesuai dengan jenis racun yang masuk dalam tubuh,” ujarnya.

Di samping itu, Tri juga tak menyarankan mengonsumsi susu, atau air kelapa untuk menyembuhkan keracunan. Pasalnya, tak semua racun bisa dinetralkan oleh susu maupun air kelapa.

“Setiap racun punya antidote [penangkal], tidak semua racun bisa netral dengan minum susu, atau dengan minum air kelapa, yang tepat adalah membawanya ke fasilitas pelayanan kesehatan,” tutur Tri.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia