Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan sudah terlalu lama peserta didik tak mengikuti pembelajaran tatap muka.

Dia pun membeberkan dampak dari hal ini. “Sudah satu tahun, terlalu lama anak-anak kita tidak sekolah. Ini dampaknya real dan permanen,” kata Nadiem dalam Rapat Kerja di Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis, 18 Maret 2021.

Nadiem mengatakan dampak pertama ialah persepsi orang tua yang tak melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar. Menurut dia, ada orang tua siswa yang merasa tak ada gunanya membayar uang SPP jika tanpa sekolah tatap muka.

“Dan itu dampaknya bisa permanen karena anak-anak itu bisa ditarik dari sekolah,” ujar Nadiem.

Berikutnya, Nadiem mengatakan ada penurunan capaian belajar. Hal ini disebutnya bukan cuma terjadi di Indonesia, melainkan di seluruh dunia. Namun, dia melanjutkan, perebedaan akses dan kualitas pendidikan menyebabkan Indonesia mengalami kesenjangan lebar dibandingkan negara-negara lain.

“Perbedaan akses dan kualitas dapat mengakibatkan kesenjangan ini lebih lebar, dan learning loss yang sifatnya permanen itu akan terus berkembang kalau kita tidak mulai secara terbatas (pembelajaran) tatap muka,” kata Nadiem.

Dampak lainnya menurut Nadiem yakni munculnya pelbagai isu sosial, seperti kekerasan domestik terhadap anak dan pernikahan anak. Dia mengatakan pembelajaran jarak jauh pun membawa beban lebih besar bagi perempuan.

Misalnya bagi ibu yang tadinya memiliki pekerjaan dan harus bekerja di luar. “Semuanya terhambat karena mereka harus menjaga anak,” ujar Nadiem.

Kemendikbud telah memperbolehkan pemerintah daerah menggelar pembelajaran tatap muka secara terbatas. Dengan adanya vaksinasi Covid-19 untuk guru yang ditargetkan rampung pada Juni nanti, pemerintah menargetkan seluruh sekolah dapat memberikan opsi pembelajaran tatap muka terbatas mulai tahun ajaran baru Juli mendatang.

 

Editor : Parna

Sumber : tempo.co