Tepat setahun peringatan pandemi COVID-19 di Indonesia, Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengumumkan temuan 2 kasus varian baru Corona B117 asal Inggris. Pakar mengingatkan sejumlah kemungkinan dampaknya.

Sebagaimana mutasi virus lainnya, kemunculan varian Corona B117, atau lebih tepatnya B.1.1.7, di Inggris membawa sejumlah kemungkinan dampak yang perlu diamati. Mantan Direktur WHO SEARO, Prof Tjandra Yoga Aditama, menyebut 5 di antaranya.

Salah satu yang disinggung adalah soal kemungkinan terjadinya gabungan satu mutasi dengan mutasi lainnya. Beberapa kasus infeksi yang melibatkan 2 jenis mutasi sekaligus telah dilaporkan di Inggris.

“Di Inggris sudah dilaporkan pasien-pasien yang terinfeksi B.1.1.7 dan juga B.1351 yang dari Afrika Selatan,” jelas Prof Tjandra kepada wartawan, Rabu (3/3/2021).

“Artinya, kita semua juga perlu waspada terhadap kemungkinan mutasi ganda seperti ini,” pesannya.

Kemungkinan dampak lainnya adalah sebagai berikut:

1. Diagnosis

Menurut Prof Tjandra, yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), saat ini PCR (polymerase chain reaction) masih berfungsi dengan baik meskipun ada perubahan pada antena atau ‘spike‘ virus akibat mutasi yang terjadi.

2. Penularan

Bukti terbaru menyebut B.1.1.7 memang lebih menular dibanding versi lama. Beberapa data menyebut penularannya 30-50 persen lebih sering terjadi.

3. Berat-ringan penyakit

Prof Tjandra menyebut, NERVTAG pada 11 Februari 2021 menyampaikan laporan resmi tentang analisa data bahwa mutasi B.1.1.7 nampaknya berhubungan dengan peningkatan risiko harus dirawat di rumah sakit, bahkan juga kematian. Laporan ini juga disertai catatan adanya potensi kelemahan dalam sistem pengumpulan data.

NERVTAG (New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group) adalah badan khusus yang dibentuk pemerintah Inggris untuk mempelajari B.1.1.7.

Bagaimana dampak mutasi pada varian Corona B117 terhadap efektivitas vaksin? Selengkapnya di halaman berikut.

4. Efektivitas vaksin

Sejauh ini, belum ada laporan bahwa mutasi B.1.1.7 berdampak pada efektivitas vaksin. Bisa dikatakan, vaksin yang ada masih bermanfaat sesuai nilai efikasinya.

5. Gabungan mutasi

Menurut Prof Tjandra, konsorsium COVID-19 Genomics UK (COG-UK) pada 1 Februari 2021 telah mengidentifikasi 11 sampel yang ada mutasi B.1.1.7 dan E484K (salah satu mutasi dominan pada varian Afrika Selatan dan varian Brasil) sekaligus. Temuan ini didapat setelah menganalisis 214.159 sekuens genomik.

“Yang kemudian lebih mengkhawatirkan lagi adalah adanya laporan mutasi ganda B.1.1.7 dari Inggris dan B.1.429 dari California pada pertengahan Februari 2021 ini,” kata Prof Tjandra.

“Kejadian ini disebut ‘recombination’ yang kemudian membentuk versi hibrid yang amat bermutasi (heavily mutated hybrid version),” jelas mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes tersebut.

Editor : Aron
Sumber : detik