Pengadilan Aljazair menjatuhkan hukuman mati kepada seorang militan atas penculikan dan pemenggalan kepala seorang pendaki gunung asal Prancis, Herve Gourdel enam tahun lalu.

Seperti dilansir AFP, Jumat (19/2/2021) pembunuhan Gourdel terjadi pada 2014 lalu di Aljazair. Pembunuhan pria Prancis itu diklaim oleh sebuah faksi militan yang berafiliasi dengan kelompok radikal ISIS.

Gourdel (55) diculik saat menjelajahi pegunungan terjal di Taman Nasional Djurdjura di negara Afrika Utara itu. Pegunungan itu menjadi daya tarik bagi para pendaki dan juga tempat perlindungan bagi para teroris.

Tiga hari setelah warga Prancis itu menghilang, orang-orang bersenjata dari kelompok militan Jund al-Khilafa – bahasa Arab untuk Prajurit Khilafah – menerbitkan video pembunuhannya yang mengerikan.

Sidang digelar pada Kamis (18/2) waktu setempat dengan 14 terdakwa, delapan di antaranya dituduh sebagai teroris dan didakwa atas penculikan dan pembunuhan Gourdel. Dalam persidangan, hanya satu dari delapan pelaku, Abdelmalek Hamzaoui, yang ditahan. Tujuh lainnya diadili dan dijatuhi hukuman mati secara in absentia.

Hamzaoui dibawa ke pengadilan dengan menggunakan kursi roda bersama tim medis dan diawasi oleh pasukan khusus polisi.

Atas permintaan pengacaranya, pembukaan sidang telah ditunda selama dua minggu karena kondisi kesehatannya yang memburuk.

Saat ditanyai oleh hakim, Hamzaoui membantah ikut serta dalam penculikan dan pembunuhan Gourdel, dan mengatakan kepada pengadilan bahwa dirinya dituduh hanya untuk “menutup kasus tersebut dan menyenangkan Prancis”.

Hamzaoui dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati, meskipun telah ada moratorium eksekusi mati di Aljazair sejak 1993.

“Kami puas dengan persidangannya,” kata pengacara Gourdel, Chawki Benarbia.

Rekan Gourdel, Francoise Grandclaude, menyambut baik putusan tersebut.

Enam orang lainnya yang juga diadili, yang dituduh tidak memberi tahu pihak berwenang segera tentang penculikan Gourdel, semuanya dibebaskan. Mereka sempat ditahan selama 14 jam sebelum kemudian dibebaskan.

Empat orang dari mereka mengidentifikasi wajah Hamzaoui di pengadilan sebagai salah satu penculik.

“Saya ingat saat mereka secara paksa membawanya pergi,” kata Hamza Boukamoum, salah satu pemandu pendakian.

“Kami mencoba menghentikan mereka, tapi mereka mendorong kami dengan mengatakan: ‘Kamu tidak peduli, dia bukan seorang Muslim’.”

Pengacara mereka mengatakan mereka juga menjadi korban penculikan, sementara orang keenam, yang mobilnya dicuri untuk mengangkut Gourdel, juga dibebaskan dari dakwaan.

Pembunuhan Gourdel memicu kemarahan baik di Prancis dan Aljazair, di mana hal itu memicu ingatan akan perang saudara 1992-2002 antara kelompok Islamis dan tentara yang menewaskan sekitar 200.000 orang.

Jasad Gourdel tidak ditemukan sampai Januari tahun berikutnya setelah operasi yang melibatkan sekitar 3.000 tentara Aljazair.

Editor : Aron
Sumber : detik