Mantan pasien COVID-19 disebut cuma perlu satu dosis suntik vaksin corona, menurut riset terbaru. Dengan demikian, para penyintas COVID-19 tak perlu disuntik vaksin hingga 2 kali seperti orang yang belum pernah terinfeksi.
Penelitian tersebut, yang baru dirilis di situs pra-publikasi ilmiah MedRxiv pada Senin (1/2), menganalisis gejala pasca-vaksinasi dari 231 orang, yang 83 orang di antaranya pernah terinfeksi dan 148 orang belum pernah terinfeksi. Kedua kelompok secara luas dilaporkan mengalami nyeri di tempat suntikan setelah dosis pertama. Namun, mereka yang pernah terinfeksi COVID-19 sebelumnya lebih sering melaporkan kelelahan, sakit kepala, dan kedinginan setelah mendapat dosis kedua vaksin corona.
Tim juga melihat bagaimana sistem kekebalan tubuh menanggapi vaksin pada 109 orang, dengan 68 orang di antaranya belum pernah terinfeksi dan 41 orang merupakan mantan pasien COVID-19. Hasilnya mereka menemukan, ternyata mantan pasien COVID-19 ternyata memiliki tingkat antibodi yang jauh lebih besar setelah mendapat dua dosis daripada orang yang belum pernah terinfeksi.
Peneliti mengatakan, setidaknya mantan pasien COVID-19 punya titer antibodi “10-20 kali lebih tinggi” dari mereka yang mendapat vaksin tapi belum pernah terinfeksi. Oleh karena itu, para peneliti mengatakan bahwa orang yang pernah menderita COVID-19 mungkin hanya perlu satu suntikan vaksin corona Moderna.
“Dalam laporan singkat ini, kami menunjukkan bahwa respons antibodi terhadap dosis vaksin pertama pada individu dengan kekebalan yang sudah ada sama dengan atau bahkan melebihi titer yang ditemukan pada individu yang naif setelah dosis kedua,” kata para peneliti dalam laporan mereka, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat peneliti lain.
“Mengubah kebijakan untuk memberi orang-orang ini hanya satu dosis vaksin tidak akan berdampak negatif pada titer antibodi mereka, menghindarkan mereka dari rasa sakit yang tidak perlu dan membebaskan banyak dosis vaksin yang sangat dibutuhkan.”
Riset: Mantan Pasien COVID-19 Mungkin Cuma Perlu Satu Dosis Vaksin Corona (1)
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Temuan ini juga didukung oleh studi lain, yang juga dirilis pada hari Senin (1/2) di MedRxiv, yang menemukan bahwa petugas kesehatan mantan pasien COVID-19 punya tingkat antibodi yang lebih tinggi setelah suntikan pertama daripada orang yang tidak pernah terinfeksi.
Penelitian tersebut melibatkan 59 petugas kesehatan, yang 42 orang di antaranya pernah menderita COVID-19. Para peneliti tidak menilai efek samping terhadap objek penelitian mereka, juga tidak menyebut vaksin macam apa yang mereka gunakan.
Meski demikian, para ilmuwan menemukan bahwa mereka yang sebelumnya terinfeksi menghasilkan tingkat antibodi yang tinggi setelah suntikan pertama, sebanding dengan jumlah antibodi yang terlihat setelah dosis kedua pada orang yang tidak pernah terinfeksi.
Dalam percobaan laboratorium, antibodi tersebut mengikat virus dan menghentikannya memasuki sel. Sama seperti penelitian sebelumnya, para penulis menyimpulkan bahwa mereka yang pernah menderita COVID-19 bisa cuma menerima satu dosis vaksin untuk mengantisipasi persediaan vaksin yang terbatas saat ini.
“Pada saat kekurangan vaksin, dan sampai korelasi perlindungan diidentifikasi, temuan kami pada awalnya menyarankan strategi berikut karena lebih berbasis bukti: a) satu dosis vaksin untuk pasien yang sudah memiliki COVID-19 yang dikonfirmasi di laboratorium; dan b) pasien yang memiliki COVID-19 yang dikonfirmasi di laboratorium dapat ditempatkan lebih rendah pada daftar prioritas vaksinasi,” kata para peneliti dalam laporan mereka, yang juga belum ditinjau rekan peneliti lain.

Mantan pasien COVID-19 telah punya antibodi bawaan

Temuan kedua penelitian tersebut sebenarnya tidak mengherankan, menurut ahli. Sebab, mantan pasien COVID-19 telah memiliki sel kekebalan tubuh yang siap mengenali virus corona.
Kemampuan tersebut punya konsekuensi terhadap dua hal. Pertama, ketika protein virus corona yang dibawa vaksin muncul ke tubuh, sel kekebalan tubuh langsung menghasilkan antibodi untuk menyerangnya, menyebabkan mantan pasien COVID-19 yang divaksin merasa lebih banyak efek samping ketimbang yang belum terinfeksi.
Riset: Mantan Pasien COVID-19 Mungkin Cuma Perlu Satu Dosis Vaksin Corona (2)
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Shutterstock
Selain itu, menurut Mohammad Sajadi, salah satu anggota peneliti studi sekaligus seorang profesor Institut Virologi Manusia di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, mantan pasien COVID-19 bakal menghasilkan antibodi yang lebih cepat ketimbang yang belum terinfeksi.
Biasanya, kata Sajadi, pasien COVID-19 mengembangkan antibodi sekitar dua hingga tiga minggu setelah infeksi awal mereka. Namun, tidak butuh waktu lama bagi orang yang sudah pernah terinfeksi untuk mengembangkan antibodi sebagai tanggapan terhadap vaksin. Orang-orang tersebut, kata dia, menunjukkan tingkat antibodi yang tinggi seminggu setelah suntikan pertama mereka, memuncak sekitar 10 hingga 14 hari setelah vaksinasi.
“Itu adalah perbedaan yang sangat besar. Itu adalah sesuatu yang dapat kita lihat dengan mudah,” ucap Sajadi, kepada Insider.
Pendapat Sajadi juga didukung oleh sebuah penelitian dari Inggris yang diterbitkan di MedRxiv pada 15 Januari 2021.
Riset tersebut melaporkan, infeksi alami dari mantan pasien COVID-19 memberikan perlindungan 83 persen agar tidak terinfeksi lagi selama lima bulan. “Memberi dua dosis di atas itu tampaknya mungkin berlebihan,” kata periset dalam laporannya.
Menurut Shane Crotty, ahli imunologi di La Jolla Institute for Immunology, menunjukkan bahwa respons vaksin yang lebih intens biasanya berarti perlindungan yang lebih baik. Jika seseorang memiliki respons yang besar terhadap dosis pertama, “Saya berharap melewatkan dosis kedua itu bijaksana dan juga bahwa dosis kedua mungkin tidak perlu,” katanya kepada The New York Times.
Riset: Mantan Pasien COVID-19 Mungkin Cuma Perlu Satu Dosis Vaksin Corona (3)
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Shutterstock
Temuan kedua penelitian tersebut cukup tampak hendak mengatasi keterbatasan dosis vaksin yang tersedia untuk banyaknya orang yang perlu divaksinasi.
Mantan pasien COVID-19 sendiri sebenarnya masih harus mendapat vaksin corona, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di AS. Alasannya, antibodi bakal menghilang seiring waktu dan kita sampai sekarang tidak mengetahui secara pasti berapa lama mantan pasien COVID-19 bakal kebal dari virus corona.
Namun, ketentuan ini berbeda di tiap negara. Di Indonesia, pemerintah menganggap kebutuhan vaksin corona mantan pasien COVID-19 tidak mendesak. Tujuannya agar dosis yang tersedia diberikan terlebih dahulu kepada orang yang belum memiliki antibodi natural seperti mereka yang belum pernah terinfeksi corona.
Namun, temuan kedua riset itu bukan berarti tanpa kritik.
Kedua studi tersebut hanya meneliti sekelompok kecil orang yang divaksinasi. Jika ditotal, keduanya cuma memeriksa ratusan orang, dan bukan ribuan orang seperti uji klinis vaksin yang beredar saat ini.
Oleh karena itu, banyak ilmuwan yang masih waspada dalam mengambil kesimpulan, khususnya apakah mantan pasien COVID-19 perlu diberi dua dosis vaksin seperti yang telah diuji dalam uji klinis atau tidak.
“Saya pendukung besar dosis yang tepat dan jadwal yang tepat, karena begitulah cara penelitian dilakukan,” kata Maria Elena Bottazzi, ahli imunologi di Baylor College of Medicine, kepada The New York Times.
Editor : Parna
Sumber : kumparan