Korps Marinir TNI AL punya banyak jejak keberhasilan membubarkan massa rusuh di pengujung demonstrasi. Tanpa pukulan, tanpa tendangan, massa rusuh bisa bubar. Lalu jurus apa yang diterapkan Marinir dalam menghalau massa rusuh?

Dalam menjalankan tugas sebagai pasukan Bawah Kendali Operasi (BKO) Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta (Kodam Jaya), korps berjuluk hantu laut ini biasa terlihat mengenakan baret ungu, bukan helm sebagaimana pasukan penghalau huru hara. Padahal tidak jarang batu, botol, dan sembarang benda melayang dari tangan massa rusuh.

Selama ini telah umum dipahami, cara menghalau massa rusuh adalah dengan menyemprotkan air dari mobil water cannon, melontarkan gas air mata, atau cara represif yang mau tidak mau harus dilakukan aparat keamanan.

Pasukan baret ungu tidak sekonyong-konyong memilih jurus represif bila menghadapi massa ricuh. Tanpa pukul-pukulan, kok bisa massa rusuh dibubarkan?

“Mungkin kita ngangenin kali, hahaha…,” ujar Kepala Dinas Penerangan Korps Marinir (Kadispen Kormar), Letkol Marinir Gugun Saeful Rahman, kepada detikcom, Sabtu (31/10).

Gugun menyatakan Korps Marinir sama saja dengan polisi atau aparat TNI lainnya. Lalu apa jurus rahasianya?

Tidak ada jurus rahasia dalam menangani massa. “Sama saja. Kami bersinergi dengan aparat TNI lainnya dan kepolisian. Intinya untuk memberikan ketertiban dan keamanan terhadap demonstran,” kata Gugun.

Merujuk pada catatan pemberitaan detikcom, massa rusuh dalam salah satu demo yang telah lalu bahkan tidak cuma bubar begitu Marinir turun tangan. Massa sempat spontan bernyanyi bareng ‘Indonesia Raya’, bersalaman, dan minta foto bareng.

Gugun mengaku Marinir tidak punya jurus rahasia, kecuali penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) pengamanan yang dijalankan dengan sungguh-sungguh. Namun, bukan berarti Marinir tidak bisa bersikap keras ke massa.

“Kalau rusuh, ya kitapun harus bertindak tegas,” kata Gugun.

“Tapi sebelum melakukan tindakan tegas, kita melakukan langkah mengajak, menyelami, menghubungi, dan memengaruhi rekan-rekan semua supaya tidak berbuat yang tidak baik,” tutur Gugun menyebutkan empat jurus baret ungu menghadapi massa rusuh dalam demo.

Selain itu, prajurit-prajurit Marinir di lapangan juga sudah selalu diingatkan komandannya, yakni Mayjen TNI Suhartono, untuk senantiasa melakukan langkah persuasif. Terbukti, langkah persuasif bisa menjadikan situasi konfusif.

“Komandan Korps Marinir selalu menginstruksikan pendekatan yang humanis dan persuasif untuk menciptakan kondusivitas. Komandan bilang bahwa tugas itu adalah kehormatan, kehormatan bagi prajurit adalah suatu kepercayaan, dan kepercayaan adalah kebanggan prajurit Korps Marinir,” kata Gugun.

Marinir berperan dalam menghalau massa remaja di Patung Kuda dalam demonstrasi menolak UU Cipta Kerja pada 28 Oktober kemarin. Sepekan sebelumnya, Marinir juga menggiring massa dari Patung Kuda supaya tidak merusuh.

Atas perintah Gubernur Jakarta Anies Baswedan, Marinir juga memulangkan demonstran mahasiswa dari Jakarta ke Pamulang usai demonstrasi 8 Oktober lalu.

Mundur ke belakang pada momen pengujung kerusuhan demosntrasi menolak revisi UU KPK dan RUU KUHP pada 25 September 2019, Marinir menemui massa yang semula rusuh di Slipi. Massa bahkan menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’ secara spontan dan akhirnya bersedia bubar.

 

 

Editor : Parna

Sumber : detiknews