Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa vaksin corona (Covid-19), mungkin pada awalnya ‘tak akan direkomendasikan’ untuk anak-anak ketika tersedia nanti.

Sebagaimana dimuat Reuters Kamis (14/9/2020), anak-anak yang jarang memiliki gejala Covid-19 parah, belum pernah diuji untuk vaksin virus corona eksperimental ini termasuk ibu hamil.

Namun, CDC mengatakan rekomendasi ini bisa saja berubah. Tentunya berkembang sesuai uji klinis yang dilakukan.

Di AS sendiri vaksin corona akan didistribusikan secara terbatas di 2020. Hanya kelompok rentan yang bisa mendapatkannya.AS sendiri meluncurkan periode pembagian vaksin ke warga dalam empat fase. Di fase awal, petugas kesehatan garis depan akan mendapat akses ke vaksin.
Kasus infeksi tanpa gejala memang hal umum pada anak. Ini terjadi sekitar 10-13% kasus sebagaimana dimuat penelitian University of Pittsburgh Medicine Center.

Namun dari sebuah riset yang diterbitkan di JAMA Pediantrics, diketahu bahwa anak-anak bisa memiliki risiko lebih besar mengalami komplikasi dan kondisi parah jika aterpapar Covid-19.

Sekelompok ilmuan di Universitas New Jersey mengungkap, kondisi anak-anak bisa kronis jika disertai penyakit seperti diabetes.

Sementara itu, orang muda yang sehat mungkin tak akan mendapatkan vaksin virus corona (Covid-19) hingga 2020. Ini ditegaskan WHO, Rabu (14/10/2020).

Pejabat lembaga PBB itu mengatakan imunisasi akan fokus ke kelompok tua dan rentan seperti petugas kesehatan dan pekerja garis depan. Namun rincian prioritas masih dirumuskan WHO.

“Orang cenderung berfikir bahwa tanggal 1 Januari atau 1 April (misalnya(, saya akan mendapat vaksin, dan semua akan kembali normal,” kata kepala ilmuwan WHO, Dr. Soumya Swaminathan seperti ditulis CNBC International.

“Tapi tidak akan berhasil seperti itu,”.

Saat ini belum ada satupun vaksin di dunia yang dianggap benar-benar efektif melawan corona. Ia menambahkan mungkin pada tahun 2021, dunia baru menemukan satu vaksin yang aman dan ‘manjur’ tapi jumlahnya akan sangat terbatas.

“(Jadi) Kita perlu menentukan siapa di antara mereka yang memiliki risiko tinggi,” katanya lagi. “Saya pikir, rata-rata orang muda yang sehat mungkin harus menunggu hingga 2022 untuk mendapatkan vaksin.”

Hal senada juga dikatakan kepala unit penyakit dan zoonosis WHO Dr Maria Van Kerkhove. Ia mengatakan WHO perlu memvaksinasi mereka yang paling rentan terlebih dahulu.

“Sebelum kami memvaksinasi semua orang di beberapa negara,” katanya.

Secara global, di dunia, ada 38 juta orang telah terinfeksi corona sejak pertama kali menyebar di Wuhan, China. Sebanyak 1 juta lebih kasus meninggal dunia.

Editor : Aron
Sumber: cnbcindonesia