Jakarta – Ekspor Jepang membukukan penurunan dua digit karena permintaan global yang melambat akibat pandemi Corona (COVID-19). Total ekspor Jepang anjlok 14,8% secara tahunan (yoy) di bulan Agustus 2020. Angka itu lebih kecil dari yang diperkirakan para ekonom sebelumnya dalam jajak pendapat Reuters yang sebesar 16,1%.

Hal itu menandakan, ekspor Jepang telah merosot selama 21 bulan berturut-turut alias penurunan terlama sejak penurunan 23 bulan pada Juli 1987 silam. Di bulan sebelumnya penurunan ekspor Jepang lebih parah lagi yakni 19,2%.

Penurunan ekspor pada bulan Agustus terjadi karena terjadi penurunan lebih sedikit atas pengiriman mobil dan bahan bakar mineral, meskipun laju kontraksi agak berkurang sejak Juli karena aktivitas ekonomi menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

“Permintaan yang kuat untuk teknologi TIK terkait dengan bekerja dari rumah mengakibatkan ekspor mesin listrik turun 5,5% tahun ke tahun. Namun, volume ekspor mungkin tidak mencapai tingkat sebelum Corona sampai awal 2022,” ujar Ekonom Jepang di Capital Economics, Tom Learmouth dikutip dari Reuters, Rabu (16/9/2020).

Berdasarkan negara tujuannya, pengiriman ke Amerika Serikat, sebagai pasar ekspor utama Jepang turun 21,3% hingga Agustus. Ini dibebani oleh penurunan suku cadang mesin dan mesin konstruksi.

Ekspor ke China, mitra dagang terbesar Jepang, naik 5,1% tahun ke tahun di bulan Agustus, dibantu oleh peningkatan tajam dalam pengiriman semikonduktor. Hal itu menandai kenaikan bulanan kedua berturut-turut dengan China, yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Ekspor ke negara Asia lainnya turun 7,8% dibebani oleh penurunan ekspor produk besi dan baja.

Impor keseluruhan turun 20,8% sepanjang tahun ini hingga Agustus, dibandingkan perkiraan rata-rata sebesar 18%. Akibatnya, neraca perdagangan mengalami surplus 248,3 miliar yen (US$ 2,36 miliar), dibandingkan estimasi median untuk kekurangan 37,5 miliar yen.

 

Editor : Aron

Sumber : detik