Hong Kong belakangan ini mengalami lonjakan kasus baru infeksi virus corona. Menurut temuan, 3 dari 10 infeksi tersebut berasal dari pekerja laut atau awak pesawat, sementara 1 dari 4 berasal dari pembantu rumah tangga. Dilansir dari SCMP, (21/70), Hong Kong berperang dengan gelombang ketiga dari krisis kesehatan yang mengancam dan berlangsung di luar kendali. Para dokter mengatakan, ada sejumlah kendala pada langkah-langkah perbatasan kota.

Hal ini diperparah oleh respons pemerintah yang tertunda dan kepuasan publik, di mana kejadian ini menyebabkan wabah kembali merebak. Jumlah infeksi harian di Hong Kong mencapai rekor tertinggi pada Minggu (19/70) di mana jumlah kasus melampaui 100 dan juga melampaui puncak sebelumnya pada Maret selama gelombang kedua. Total penghitungan saat ini infeksi virus corona yakni sebanyak 1.958 kasus.

 

Munculnya gelombang ketiga

Gelombang ketiga muncul lebih dari dua minggu lalu atau sejak 5 Juli 2020, ketika seorang koki di sebuah restoran lokal dilaporkan terinfeksi. Putaran terakhir kasus telah melibatkan rumah perawatan lansia, yang mengarah ke sekelompok 44 pasien yang terkait dengan Kong Tai Care untuk Aged Center Limited, serta distrik Tsz Wan Shan, yang sejauh ini mencatat lebih dari 150 infeksi.

Adapun fasilitas-fasilitas di rumah sakit umum kota juga telah diperluas mendekati titik darurat, dengan tingkat hunian tempat tidur dan bangsal isolasi masing-masing mencapai 71 dan 77 persen. Sementara, sebanyak 1.450 unit berada di pusat karantina telah ditempati, saat ini slot yang tersedia sebanyak 196 unit. Baca juga: Menilik Upaya Hong Kong Berjuang Melawan Gelombang Ketiga Covid-19

Respons pemerintah

Terkait hal itu, pemerintah meningkatkan respons terhadap wabah virus corona dengan serangkaian langkah-langkah, seperti putar balik kendaraan, dan juga memerintahkan pegawai negeri sipil untuk bekerja dari rumah mulai Senin. Adapun pekerja negeri sipil itu juga diminta hanya menjaga layanan darurat dan layanan publik untuk kepentingan darurat. Respons juga termasuk memperpanjang larangan makan di restoran pada pukul 18.00 sampai 05.00 pagi hingga 28 Juli 2020 mendatang.

Selain itu, pemerintah juga mengumumkan akan membuat masker yang dikenakan wajib di tempat-tempat umum dan juga dalam ruangan seperti pusat perbelanjaan. Namun, beberapa ahli mengungkapkan, celah tersebut sudah ada sejak lama dan hanya ditutup sebagian pada 8 Juli 2020. Sejak saat itu, pihak berwenang memperketat langkah-langkah perbatasan dan mengharuskan pekerja laut dan awak pesawat untuk menujukkan hasil tes Covid-19 yang negatif sebelum datang ke kota, serta mereka yang tiba di bandara untuk menuju ke AsiaWorld-Expo untuk pengujian wajib.

 

Laporan peningkatan kasus

Sementara itu, dari sebuah tinjauan terhadap data dari Pusat Perlindungan Kesehatan mengungkapkan bahwa dari 111 kasus Covid-19 yang diimpor sejak 8 Juli, terdiri dari 34 yang berasal dari anggota kapal laut atau udara. Infeksi mereka hanya terdeteksi setelah tes wajib diperkenalkan. Ini mewakili 30 persen dari total impor kota. “Angka itu hanyalah puncak gunung es, karena banyak anggota kru yang terinfeksi bisa saja pergi ke komunitas kami tanpa diketahui dan tidak terdeteksi,” ujar Ketua Komite Penasehat Asosiasi Medis Hong Kong tentang penyakit menular, Dr Leung Chi-chiu.

“Banyak dari mereka bisa menggunakan transportasi umum atau taksi untuk berkeliling di kota, menyebarkan virus lebih jauh dan lebih luas, dan itu mungkin menjelaskan sebagian alasan mengapa banyak pengemudi taksi terinfeksi,” lanjut dia. Kemudian, pakar kesehatan mengungkapkan, celah besar dalam kebijakan baru kota yang diperketat untuk anggota kru yakni mereka yang tiba di bandara yang harus diuji untuk Covid-19 di AsiaWorld-Expo terdekat. Leung menambahkan, saat ini tes Covid wajib dilakukan untuk anggota kru laut sebelum mereka meninggalkan pelabuhan asal mereka juga tidak kedap air.

Selain itu, seorang ahli penyakit menular dari Universitas Hong Kong, Dr Ho Pak-leung juga mendesak pemerintah untuk memperketat langkah-langkah pembebasan bagi anggota awak kapal. “Kapal-kapal yang tidak memiliki operasi kargo tidak boleh menggunakan Hong Kong untuk berganti anggota awak,” kata Ho.

“Mengurangi jumlah anggota kru laut yang masuk dapat menghemat beberapa sumber daya dalam pengujian, penelusuran dan perawatan kesehatan, dan juga risiko wabah komunitas yang lebih rendah,” lanjut dia. Menurut publikasi perdagangan maritim, Hong Kong digambarkan sebagai satu-satunya tempat di Asia yang “benar-benar terbuka” untuk pergantian anggota awak kapal. Kemungkinan risiko penularan yang ditimbulkan oleh laut meningkat pada akhir Juni setelah sembilan pekerja kapal, yang tiba di Hong Kong dari Indonesia, Yunani, dan Kroasia.

 

Terlambat

Ho mengatakan, keputusan yang terlambat untuk mengizinkan pegawai negeri sipil untuk bekerja dari rumah dan mengirimkan sinyal yang salah kepada sektor swasta dan masyarakat. Lain halnya dengan Leung, ia percaya aliran harian ratusan ribu pekerja pemerintah pada transportasi umum menyediakan sarang untuk transmisi lebih lanjut.

“Banyak pembantu rumah tangga Filipina dan Indonesia berkumpul pada hari Minggu, bernyanyi dan menari bersama tanpa masker Banyak orang juga merokok bersama,” ujar Ho. “Jika warga negara tidak berperilaku, maka tindakan pemerintah apa pun hanya akan mencapai setengah dari efek yang dimaksudkan,” tambah dia.

 

Editor : Aron

Sumber : Kompas