Jakarta – Korea Selatan masuk ke jurang resesi pertama kalinya dalam 17 tahun terakhir. Resesi menghantam Negeri Ginseng akibat di tengah pandemi covid-19 karena anjloknya ekspor.

Bank of Korea mengumumkan pada Kamis (23/7), Produk Domestik Bruto (PDB) Korsel terjun 3,3 persen pada kuartal II atau periode April-Juni dibanding kuartal sebelumnya yang terkontraksi 1,3 persen.

Penurunan pertumbuhan ekonomi per kuartal ini bahkan menjadi yang terburuk setelah resesi 1998 silam.

Ekspor terjun bebas 16,6 persen atau tercuram sejak 1963 silam. Sementara, impor terjungkal sebesar 7,4 persen. Namun, konsumsi rumah tangganya naik 1,4 persen karena pengeluaran yang lebih tinggi untuk barang tahan lama seperti mobil dan peralatan rumah tangga.

“Ekonomi Korsel telah turun sejak 2017 dan guncangan virus corona mempercepat perlambatan ekonomi,” tutur Direktur Bank of Korea Park Yang-Soo seperti dikutip dari Asia Nikkei.

Menteri Keuangan Hong Nam-Ki mengatakan penutupan ekonomi global yang belum pernah terjadi sebelumnya melumpuhkan jalur produksi luar negeri Korsel ke Vietnam dan India.

Resesi juga terjadi sejalan dengan rencana Presiden Korea Selatan Moon Jae-In menaikkan pajak properti dan penjualan untuk menekan harga rumah, terutama di ibu kota Seoul.

Keputusan tersebut membatasi ruang gerak Bank of Korea untuk melonggarkan kebijakan perbankan. Sebab, risiko suku bunga yang lebih rendah dapat berakibat pada kelebihan likuiditas di pasar properti.

Gubernur Bank of Korea Lee Ju-Yeoul menekankan pentingnya memberikan aliran likuiditas ke sektor-sektor produktif. “Yang paling penting adalah kami memiliki banyak tempat produktif yang dapat menarik investasi,” katanya pekan lalu.

Lee menambahkan bahwa PDB Negeri Ginseng dapat berkontraksi lebih lanjut tahun ini. Sementara, Park mengatakan bank sentral akan memperbarui proyeksi mereka mengikuti proyeksi pertumbuhan Agustus mendatang.

“Pertumbuhan tahun ini bergantung pada seberapa cepat ekonomi akan pulih. Pemerintahan China berhasil pulih tajam, kami optimis bisa mengikuti langkah mereka,” ungkapnya.

Berbagai ekonom juga melihat tanda-tanda ekonomi terbesar ke empat Asia ini akan mampu berbalik arah pada kuartal ketiga tahun ini. Mereka menyebut bahwa ekspor telah menyentuh level terendahnya pada periode April-Juni atau sudah lewat.

“Saya yakin ekonomi Korsel akan pulih pada paruh tahun kedua tahun ini. Intinya adalah seberapa besar pemulihan tersebut,” ujar Ekonom Senior Societe Generale Oh Suk-Tae.

“Terjadi perdebatan apakah akan terjadi kurva U atau kurva V. Saya pikir ini bergantung seberapa cepat vaksin akan dikembangkan dan seberapa lama kami dapat bertahan hingga saat itu,” imbuhnya.

 

Editor : Aron

Sumber : cnnindonesia