Jakarta – Peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Washington telah sengaja membuat virus yang mirip dengan virus corona SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 di laboratorium.

Virus hibrida yang dikembangkan di laboratorium ini memiliki sifat infeksi mirip dengan virus corona penyebab Covid-19. Tapi virus buatan ini tidk memberikan infeksi saluran pernapasan seperti virus tersebut.

Virus yang lebih aman ini sengaja dibuat agar para peneliti lebih mudah melakukan pengembangan obat dan vaksin Covid-19. Sebab, untuk melakukan penelitian terharap virus ini, para peneliti mesti berada di laboratorium dengan keamanan biologis tingkat tinggi.

Dengan adanya virus yang aman bagi kesehatan para peneliti ini, diharapkan bisa mempercepat penelitian obat dan vaksin bagi para peneliti yang tak punya fasilitas laboratorium dengan standar tingkat keamanan biologis yang tinggi.

Virus hibrida itu dapat menginfeksi sel dan berinteraksi dengan antibodi seperti virus Covid-19. Para peneliti mengatakan virus yang diciptakan di laboratorium itu tidak memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit parah.

Melansir Science Daily,  untuk menciptakan virus aman ini, para peneliti memodifikasi genetik virus. Mereka menukar genetik salah satu virus ringan dengan salah satu gen dari SARS-CoV-2. Hasilnya, modifikasi itu membuat virus menginfeksi sel dan dikenali oleh antibodi seperti SARS-CoV-2.

Tapi, virus ini tak membuat mereka yang terinfeksi menderita gangguan pernapasan parah seperti terkena Covid-19. Sehingga, virus itu tetap bisa diteliti dalam kondisi keamanan laboratorium biasa. Pengembangan virus itu telah dipublikasikan dalam Cell Host & Microbe.

“Kami telah mendistribusikan virus kepada para peneliti di Argentina, Brasil, Meksiko, Kanada dan, tentu saja di seluruh AS,” ujar penelliti Universitas Washington, Sean Whelan.

Whelan menuturkan pihaknya memulai penelitian dengan memanfaatkan vesicular stomatitis virus (VSV). Virus itu diketahui cukup berbahaya dan mudah dimanipulasi secara genetik, terutama yang berasal dari virus sapi, kuda, dan babi.

Selain itu, VSV terkadang dapat menginfeksi manusia, menyebabkan penyakit seperti flu ringan yang berlangsung tiga sampai lima hari.

Para peneliti memanfaatkan proteiin di bagian permukaan VSV untuk mengunci dan menginfeksi sel. Selanjutnya, para peneliti mengeluarkan gen protein permukaan VSV dan menggantinya dengan gen dari SARS-CoV-2, yang dikenal sebagai spike.

Perubahan itu lantas menghasilkan virus baru yang menargetkan sel-sel seperti SARS-CoV-2 tetapi tidak memiliki gen lain yang diperlukan untuk menyebabkan penyakit parah. Virus baru  itu dijuluki virus hybrid VSV-SARS-CoV-2.

Dengan menggunakan serum dari penderita Covid-19 yang selamat dan antibodi yang dimurnikan, para peneliti juga berhasil menunjukkan bahwa virus hibrida itu dikenali oleh antibodi seperti virus SARS-CoV-2 yang berasal dari pasien Covid-19.

Melansir situs resmi Universitas Washington, antibodi atau serum yang mencegah virus hibrida menginfeksi sel juga menghalangi virus SARS-CoV-2 yang sebenarnya untuk meninfeksi. Antibodi atau serum yang gagal menghentikan virus hibrida menginfeksi juga gagal mencegah SARS-CoV-2 yang sebenarnya.

Atas temuan itu, para penelliti berharap virus hibrida dapat membantu para ilmuwan lain mengevaluasi berbagai bentuk pencegahan dan perawatan berbasis antibodi untuk passien Covid-19.

Selain itu, virus itu diklaim dapat digunakan untuk menilai apakah vaksin eksperimental memunculkan antibodi penetral untuk mengukur apakah survivor Covid-19 membawa cukup antibodi penetralisasi untuk menyumbangkan plasma kepada pasien COVID-19 dan untuk mengidentifikasi antibodi yang berpotensi dikembangkan menjadi obat antivirus.

Lebih dari itu, para peneliti menyampaikan sedang melakukan studi pada  hewan untuk mengevaluasi kemungkinan virus hibrida menjadi kandidat vaksin yang potensial. Sebab, virus hibrida terlihat seperti SARS-CoV-2 dalam sistem kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit parah.

 

Editor : Aron

Sumber : cnnindonesia