Komentar Donald Trump kembali menuai kontroversi. Kali ini, sang presiden menyebut salah satu korban kekerasan polisi dalam aksi protes George Floyd sebagai teori konspirasi.

“Pria 75 tahun, Martin Gugino, didorong setelah mencoba memindai alat komunikasi polisi agar bisa menyabotase peralatan mereka,” cuit Trump melalui akun Twitter pribadinya.

Pernyataan Trump mengacu kepada peristiwa ketika protes George Floyd berlangsung di Buffalo, New York, pada 4 Juni lalu. Ketika itu, Gugino terlihat menghampiri sekumpulan polisi yang tengah berjaga di trotoar.

Gugino terlihat mengatakan sesuatu kepada polisi dengan menunjukkan gerakan menelepon. Dia kemudian didorong oleh dua polisi hingga terjatuh.

Dari video yang beredar dan keterangan saksi mata, Gugino terlihat mengeluarkan darah dari telinga dan kepala belakang. Dia masih dirawat hingga kini. Sementara, dua polisi dihukum.

Trump menyatakan apa yang dilakukan Gugino bisa jadi merupakan sebuah jebakan kepada polisi. Presiden AS ke-45 ini juga menuduh Gugino sebagai provokator meski tak ada bukti.

Pengacara Gugino, Kelly Zarcone, membantah tuduhan Trump yang menyebut kliennya sebagai provokator. Menurutnya, penegak hukum mana pun tak dibenarkan melakukan hal tersebut kepada warga.

“Kami tidak paham mengapa Presiden AS bisa membuat tuduhan yang kejam, berbahaya, dan tidak berdasar kepada dia (Gugino),” kata Zarcone seperti dikutip USA TODAY, Rabu (10/6).

Joe Biden

Cuitan Trump itu juga mendapat komentar dari Presiden Partai Demokrat, Joe Biden, yang menjadi lawan Trump dalam Pemilu mendatang.

“Ayah saya dulu mengatakan tidak ada dosa lebih besar daripada penyalahgunaan kekuasaan,” katanya.

Sementara, Gubernur New York Andrew Cuomo menyatakan Trump harus meminta maaf atas komentarnya yang dinilainya represif dan bodoh serta tak berdasar.

“Apakah Anda pikir itu rekayasa? Apakah darah yang mengalir dari kepalanya sebuah rekayasa,” ucap Cuomo.

Editor: PARNA
Sumber: kumparan