JAKARTA – Derek Chauvin, seorang aparat kepolisian Minneapolis, Minnesota, yang saat ini sudah dicopot menjadi sorotan di Amerika Serikat perbuatannya menyebabkan seorang pria kulit hitam bernama George Floyd (46) meninggal dunia.

Floyd meninggal dunia pada 25 Mei lalu karena kehabisan napas usai Chauvin mengunci leher lelaki itu selama delapan menit 46 detik dalam proses penangkapan.

Lelaki asal Houston, Texas itu ditangkap karena dilaporkan membeli sebungkus rokok menggunakan uang pecahan US$20 palsu, di gerai Cup Foods di Minneapolis.

Dalam video, Floyd terdengar merintih dan mengatakan tidak bisa bernapas, kemudian tak sadarkan diri.

Usai kematian Floyd dikonfirmasi, Chauvin dipecat dari jabatannya dan disangka pasal pembunuhan tingkat tiga. Sangkaan itu kemudian diperberat menjadi pembunuhan tingkat dua dan terancam dipenjara selama 40 tahun.

Dilansir CNN, Chauvin bekerja sebagai polisi Minneapolis selama 18 tahun. Selama mengabdi sebagai polisi, ia menerima setidaknya 18 laporan keluhan, dua di antaranya terkait “kedisiplinan” yang berakhir dengan surat teguran.

Menurut organisasi non-profit pemerhati kinerja aparat penegak hukum, Communities Against Police Brutality, dua teguran lisan yang diterima Chauvin berkaitan dengan “penggunaan kata yang merendahkan” dan “bahasa yang tidak pantas”.

Sementara itu, satu keluhan diterima Chauvin pada 2007 silam. Saat itu, Chauvin dituduh menyeret keluar seorang wanita dari mobilnya setelah mengemudi melebihi batas kecepatan.

Padahal, dari investigasi yang dilakukan, terungkap bahwa perbuatan Chauvin sebenarnya tidak perlu dilakukan.

Chauvin juga dinilai melanggar prosedur lantaran mematikan video pemantau yang terpasang di mobil polisinya ketika memeriksa wanita itu.

Sementara itu, polisi tidak mengungkap secara rinci 17 keluhan lainnya terhadap Chauvin.

Sebelum berkarir di dunia kepolisian, Chauvin sempat menekuni tata boga. Ia kemudian mengambil pendidikan penegak hukum dan pernah menjalani tugas sebagai polisi militer pada akhir 1990 di Fort Benning, Georgia dan Jerman.

Akan tetapi, rekam jejak Chauvin tak melulu buruk. Pria 44 tahun itu pernah mendapatkan empat medali selama bertugas menjadi kepolisian.

Pada 2006, Chauvin mendapat medali sebagai penghargaan atas keberanian menembak pelaku penusukan yang mengarahkan senapan ke arah polisi.

Lantas dua tahun kemudian, Chauvin kembali mendapatkan medali serupa karena berhasil menangkap pelaku kekerasan rumah tangga.

Police officers and protesters clash near CNN Center, Friday, May 29, 2020, in Atlanta, in response to George Floyd's death in police custody in Minneapolis on Memorial Day. The protest started peacefully earlier in the day before demonstrators clashed with police. (AP Photo/Mike Stewart)

Di tahun yang sama, ia mendapat medali setelah berhasil menangkap penjahat yang kabur sambil menenteng pistol.

Pada 2009, Chauvin kembali mendapat medali karena berhasil menangkap sekelompok gangster seorang diri ketika menjadi petugas keamanan di kelab malam El Nuevo Rodeo, Minneapolis.

Chauvin dilaporkan pernah bekerja bersama Floyd di kelab malam itu sebagai petugas keamanan. Namun, tidak diketahui bagaimana hubungan keduanya.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia