RANTEPAO – Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Brigadir Jenderal Polisi Aris Budiman ternyata berdarah Toraja, Sulawesi Selatan.

Nama Aris Budiman tenar di media setelah disebut terdakwa korupsi e-KTP Miryam S Haryani dalam persidangan menerima uang agar dia lepas dari kasus yang merugikan negara Rp 2,3 triliun.

“Saya keget baca dan nonton di televisi tentang beliau, Pak Jenderal ini memang berdarah Toraja, kebetulan istrinya adalah kakak sepupu saya,” ujar Kepala Bagian Tata Usaha dan Kepemimpinan Setkab Toraja Utara, Stevy Tondok, kepada TribunToraja.com di kantornya, Rabu (6/9/2017) siang.

Stevy menyebutkan Jenderal bintang satu Polri itu tidak pernah menyampaikan pesan via tele telepon atau pesan singkat.

“Kami kalau mau bicara mesti ketemu langsung Pak Jenderal,” ucap Stevy.

Dalam keluarga besarnya Brigjen Pol Aris Budiman dijuluki Polisi Stepen (setengah pendeta).

“Makanya kami juluki beliau Polisi Stepen karena idealis tingkat tinggi, kalau sudah bilang A ya A,” tutur Pejabat eselon III Pemkab Toraja Utara itu.

Dikutip dari TribunNews.com, Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi Brigadir Jenderal Polisi Aris Budiman membantah menerima uang Rp 2 miliar.

“Tidak pernah. Karena saya selalu menghindar (bertemu dengan pihak luar). Kerjaan saya rumah (ke) kantor, rumah kantor,” kata Aries Budiman saat Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Pansus Hak Angket KPK di DPR RI, Jakarata, Selasa (29/8/2017).

Kata Aris, pertemuan dia dengan para anggota dewan hanya terjadi ketika dia mendampingi pimpinan KPK dalam forum resmi.

Aris mengaku bersikap demikian demi menjaga integritasnya sebagai bagian dari KPK.

Pria asal Toraja tersebut mengatakan tuduhan menerima Rp 2 miliar tersebut menghancurkan karakter dia.

Aris menduga isu tersebut sengaja dihembuskan memiliki agenda tertentu.

Editor: PARNA
Sumber: tribunnews