JAKARTA

Kementerian Kesehatan mengatakan hingga saat ini, belum ditemukan obat untuk menyembuhkan virus corona atau COVID-19. Meski demikian, Kemenkes menyebut angka kematian akibat virus ini di bawah 2%.

“Angka kematiannya makin turun. Bahkan sekarang sudah di bawa 2%. Kasus menjadi beratnya sangat turun kurang dari 10%. Dibanding dengan gelombang awal di Wuhan dulu ya,” ujar Sekretaris Ditjen P2P Kemenkes Achmad Yurianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (2/3/2020).

Obat virus corona belum ditemukan karena virus ini baru dikenal 2 bulan terakhir. Namun kata Yuri, imunitas seseorang akan memberikan pengaruh.

“Kita baru mengenal virus ini 2 bulan, kita belum tahu betul obatnya apa, vaksinnya apa, tetapi daya tahan tubuh yang pasti akan memperbaiki,” ujarnya.

Yang terpenting, Yuri berharap masyarakat tidak terkena penyakit. Yuri menyebut penyakit muncul karena gaya hidup seseorang.

“Belum ada obatnya. Jangan sakit. Sakit bukan takdir, karena perilaku. Pokoknya disupport saja kondisi tubuh dibikin baik,” kata Yuri.

Selain itu, Yuri juga menyinggung penggunaan masker untuk mengantisipasi penyebaran virus yang mematikan ini. Yuri menegaskan masker hanya digunakan bagi mereka yang sakit supaya tidak menular.

“Ya memang seharusnya yang pakai masker itu yang sakit supaya droplet dia nggak ke mana-mana. Gitu loh. Ini loh kemudian respons yang berlebihan sehingga semuanya beli masker dan masker habis. Bener kan? Harga naik kan? Coba sekarang dilihat siapa yang pakai, nggak ada kan? apakah signifikan dengan jumlah masker yang habis? Hayo,” ujar Yuri.

Yuri menyebut warga tersugesti merasa aman jika pun memiliki masker dan tidak digunakan. Yuri mengatakan, virus tidak takut dengan masker.

“Sebagian besar kita merasa kalau sudah punya masker, sekalipun di tas nggak usah dipakai, merasa aman. Yang penting aku sudah punya masker. Apa dikira virus kalau sudah punya masker takut? Nggak. Inilah yang harus kita edukasi ke masyarakat,” ujar Yuri.

“Jangan dianggap virus itu pernah sekolah. Woh ada masker, balik, nggak. Ini kesalahan yang paling mendasar. Oleh karena itu, tolong disebarkan,” sambungnya.

Seperti diketahui, harga masker melambung saat ini. Di Pasar Pramuka misalnya, harga masker naik lebih dari 10 kali lipat.

Editor: PARNA
Sumber: detiknews