JAKARTA

Untuk pertama kalinya, saya mencoba perawatan kecantikan paling ekstrem bagi saya yakni botox dan filler. Kenapa saya bilang ekstrem, karena saya lumayan takut dengan jarum dan darah. Namun di usia 30 plus ini, ada keinginan untuk mencoba botox dan filler karena mulai menyadari bahwa kulit wajah yang mengendur dan pipi cukup chubby.

Setelah membulatkan tekad, akhirnya saya menyambangi Miracle Aesthetic Clinic untuk berkonsultasi dengan dokter kecantikan di sana. Sebelum memulai menelaah wajah, dokter kecantikan yang menangani saya dr. Ratna Widyaningsih, Dipl. AAAM menjelaskan tentang konsep perawatan kecantikan di Miracle.

Miracle Aesthetic Clinic mengusung konsep E-shape. Pembentukan wajah tidak hanya di bagian bawah wajah saja (dagu lancip) atau yang dikenal V Shape, di mana berkiblat pada Korea. Tapi di Miracle pembentukan wajah mencakup tiga bagian wajah dari atas hingga bawah yang membentuk huruf ‘E’.

Sebelum perawatan

Konsep E-Shape menggabungkan sejumlah prosedur seperti botox, filler, dan bisa juga perawatan berteknologi, seperti laser. Dr. Ratna menjelaskan bahwa konsep tersebut untuk mendapatkan wajah yang proporsional.

Setelah menjelaskan konsep, dr. Ratna mulai meneliti ‘kekurangan’ wajah saya. “Wajahnya cenderung look sad and tired,” ungkap dr. Ratna

“Wajah kanan dan kiri berbeda, jadi kelihatan flat. Bagian kiri wajah lebih turun dibanding kanan. Ini bisa di-adjust dengan filler. Nanti di bagian pipi dibuat penahan biar lifting. Usia mbak ini bukan kendur, tapi faktornya bisa jadi karena posisi tidur. Bagian dagu ditambahin sedikit supaya lebih panjang. Dari tiga bagian wajah ini, bagian wajah bawah kurang sedikit, jawline-nya juga kurang tegas, nanti saya defined untuk menegaskan,” jelasnya.

Setelah berkonsultasi, masuk tahap perawatan. Pertama-tama, seluruh wajah dioleskan krim anestesi terlebih dahulu. Untuk pertama kali botox dan filler, dokter menyarankan untuk mendiamkan krim anestesi lebih lama bisa 45 sampai satu jam agar lebih baal (mati rasa).

Setelah 45 menit menunggu wajah kebal, dr. Ratna kemudian mulai melakukan penyuntikan botox dan filler. Diawali dengan suntik filler di bagian pipi atas, dagu. Filler sendiri menggunakan cairan hyaluronic acid yang berfungsi untuk mengisi bagian wajah yang kurang terdefinisi.

Dr. Ratna kemudian memberikan suntikan botox di area rahang, dahi dan bagian cuping hidung. Botox berisi cairan bernama botulinum toxin untuk mengendurkan otot dan mengisi kerutan pada wajah.

Seperti apa rasanya pertama kali mencoba botox dan filler? Tidak semenakutkan yang saya pikirkan di awal. Karena efek kebal di wajah, saat suntik filler tidak terasa sakit. Tapi jujur saja, untuk botox memang lebih sakit. Terlebih di bagian cuping hidung. Meski begitu, rasa sakit masih bisa ditoleransi.

Bagaimana setelah perawatan? Filler memberikan hasil yang instan, sementara efek botox dibutuhkan waktu sekitar dua minggu agar terlihat hasilnya.

Berkat filler, wajah saya terlihat terdefinisi. Bagian pipi yang sebelumnya flat dan cenderung turun, menjadi lebih terangkat. Begitu juga dengan bagian dagu yang menjadi sedikit lebih panjang dan lancip.

Efek samping setelah botox dan filler, wajah bisa lebih bengkak dan beberapa hari setelahnya ada bekas biru dari suntikan. Hal tersebut wajar, dan tidak semua orang juga mengalaminya. Tergantung sensitifitas wajah.

Dua minggu setelah perawatan, disarankan untuk kembali lagi ke klinik dan berkonsultasi dengan dokter. Biasanya masih ada sisa cairan botox atau filler yang bisa dipakai kembali setelah dua minggu.

Editor: PARNA
Sumber: wolipop