Washington DC – Boeing dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk membatasi produksi pesawat 737 MAX yang bermasalah. Kabar ini mencuat setelah sebelumnya Boeing mengakui bahwa 737 MAX yang tengah di-grounded secara global tidak akan kembali mengudara hingga tahun 2020 mendatang.

Seperti dilansir CNN, Senin (16/12/2019), kabar tersebut disampaikan oleh seorang sumber yang memahami proses pengambilan keputusan di kalangan internal Boeing. Disebutkan sumber itu bahwa keputusan akan diumumkan Boeing paling cepat Senin (16/12) sore waktu Amerika Serikat.

Boeing Akui 737 MAX Tak Akan Mengudara Hingga Tahun Depan

Menurut sumber tersebut, Boeing bisa saja menangguhkan produksi atau mengurangi angka produksi di masa mendatang.

“Jika mereka mengambil keputusan (untuk menangguhkan produksi) itu hanyalah penghentian sementara,” ujar sumber tersebut, sembari menyebut bahwa produksi Boeing 737 MAX pada akhirnya tetap akan dilanjutkan.

CEO Boeing, Dennis Muilenburg, memperingatkan pada Juli lalu bahwa Boeing akan secara terpaksa mempertimbangkan untuk memperlambat atau menghentikan produksi 737 MAX, jika ada penundaan lanjutan dalam proses mengudaranya kembali pesawat jenis itu hingga melampaui kuartal keempat.

Penundaan itu semakin nyata saat digelar rapat antara Otoritas Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) dan Boeing pekan lalu. Dalam pertemuan itu, FAA menyampaikan kekhawatiran terhadap sikap Boeing yang terburu-buru untuk mengembalikan 737 MAX ke layanan.
Usai rapat dengan FAA, Boeing merilis pernyataan yang isinya menyatakan pengakuan dan pemahaman bahwa 737 MAX tidak akan bisa mengudara kembali pada tahun ini. Diketahui bahwa Boeing 737 MAX di-grounded secara global sejak Maret lalu, setelah terjadi dua tragedi maut Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 320 yang menewaskan total 346 orang.

Boeing telah merakit 42 unit 737 MAX sekitar sebulan sejak grounded diberlakukan, dengan alasan agar tidak mempersulit pemasok suku cadang atau agar tidak perlu secara terpaksa memecat para pekerja yang masih akan dibutuhkan nanti. Namun Boeing tidak bisa mengantarkan 737 MAX yang telah dirakit itu. Hal itu memicu kerugian besar bagi Boeing, mengingat pemasukan terbesar berasal dari penjualan pesawat yang selesai diantarkan ke konsumen.

Disebutkan Boeing sebelumnya bahwa setidaknya dibutuhkan waktu hingga tahun 2021 untuk mengantarkan seluruh pesawat 737 MAX yang telah dirakit sejak grounded diberlakukan, karena maskapai-maskapai tidak bisa menerima ratusan pesawat sekaligus. Dibutuhkan pemeriksaan teliti oleh regulator penerbangan terhadap setiap pesawat yang akan diantarkan, yang tentu saja semakin memperpanjang penundaan.

FAA Prediksi Bisa Ada 15 Kecelakaan Boeing 737 MAX Jika Tanpa Perbaikan

Media terkemuka AS, The Wall Street Journal (WSJ), menjadi yang pertama melaporkan bahwa Boeing tengah mempertimbangkan untuk membatasi atau menangguhkan produksi 737 MAX. Menurut sumber yang dikutip WSJ, manajemen Boeing semakin melihat bahwa menangguhkan produksi sebagai opsi paling layak di antara opsi-opsi lain yang tengah dihadapi direksi Boeing, yang mulai menggelar rapat di Chicago pada Minggu (15/12) waktu setempat.

Pihak Boeing tidak secara tegas menanggapi laporan WSJ. Dalam pernyataan kepada CNN, Boeing hanya menyatakan bahwa pihaknya terus ‘bekerja secara saksama dengan FAA dan regulator penerbangan global menuju sertifikasi dan kembalinya MAX ke layanan dengan aman’.

“Kami akan terus menilai keputusan produksi berdasarkan kerangka waktu dan kondisinya kembalinya MAX ke layanan, yang akan didasarkan pada persetujuan regulator penerbangan dan mungkin bervariasi berdasarkan yurisdiksi,” tegas Boeing dalam pernyataannya.

Pekan lalu, seorang whistleblower dari Boeing yang pernah bekerja dalam program 737 MAX mengungkapkan kepada Kongres AS bahwa dirinya pernah mendorong pimpinan Boeing untuk menghentikan produksi pesawat jenis itu karena dia melihat adanya masalah keselamatan dan quality-control. Dorongan itu tidak ditanggapi oleh jajaran eksekutif Boeing.

 

Editor: PARNA
Sumber: detiknews