Jakarta – Humas Rumah Sakit Bahteramas, Masyita mengatakan mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, Muhammad Yusuf Qardawi (19) sempat menjalani operasi terhadap luka yang dialami sebelum akhirnya meninggal dunia. Mahasiswa Fakultas Teknik itu menghembuskan napas terakhir Jumat (27/9) sekitar pukul 04.05 WITA setelah sempat dalam keadaan kritis usai demonstrasi ricuh di depan Gedung DPRD Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9).

Masyita mengatakan, Yusuf masuk ke RS Bahteramas dari RS Ismoyo Korem 143/Halu Oleo dalam keadaan kritis. Saat itu, dokter di RS Bahteramas langsung melakukan operasi.

“Malam itu setelah operasi pasien masuk ICU, tetap dalam keadaan tidak sadar. Kemudian sampai jam 4 subuh pasien dinyatakan meninggal,” ujar Masyita seperti disiarkan CNN Indonesia TV.

Meski demikian, Masyita tak bisa memastikan luka yang dialami Yusuf. Termasuk soal penyebab pasti Yusuf akhirnya tutup usia.

“Mohon maaf saya tidak bisa mengatakan akibat apa. Karena saya tidak masuk ke dalam. Saya cuma dapat informasi ada korban mahasiswa yang masuk ke rumah sakit,” katanya.

Masyita menambahkan, selama masa kritis dan dalam penanganan di RS Bahteramas, pihak keluarga dan rekan-rekan Yusuf turut mendampingi.

Yusuf menjadi korban kedua dari elemen mahasiswa yang tewas dalam aksi unjuk rasa di Gedung DPRD Sulsel, Kamis (26/9). Ada Himawan Randi, yang sebelumya dikabarkan tewas dengan lubang di dada duduga terjangan peluru, kemarin.

Randi dan Yusuf merupakan mahasiswa Halu Oleo yang mengikuti aksi mahasiswa di Kendari menolak pengesahan RKUHP dan RUU kontroversial lain, serta batalkan revisi UU KPK.

Randi berada di tengah massa aksi di samping Gedung DPRD Sultra tiba-tiba terjatuh. Ia pun langsung dilarikan rekan-rekannya ke Rumah Sakit Korem karena jaraknya lebih dekat dari lokasi kejadian.

Namun dalam perjalanan, nyawa korban tak bisa diselamatkan. Dari RS Korem, lalu jasad dibawa ke RSUD Abunawas.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sultra AKBP Harry Goldenhardt menyatakan Kapolda Sultra telah memerintahkan jajarannya membentuk tim gabungan. Hal tersebut sebagai solusi penolakan autopsi dari pihak keluarga Randi.

“Kita tetap melakukan penyelidikan terhadap hal ini karena Kapolda sudah membentuk tim gabungan,” ujarnya saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Editor: PAR
Sumber: CNN Indonesia