Jakarta, POJOKBATAM.IDSport Utility Vehicle (SUV) menjadi mobil pilihan bagi masyarakat yang menginginkan mobil dimensi besar dengan tenaga mumpuni untuk asyik diajak melintasi berbagai medan. Berbagai keunggulan tersebut nyatanya membuat permasalahan baru, politisi dan aktivis Greenpeace di Jerman memprotes keras kehadiran mobil SUV.

Mencuplik dari Xianhua, Selasa (10/2019) SUV menjadi model terlaris di Jerman. Mobil bongsor tersebut menyumbang 31 persen dari semua pendaftaran mobil baru pada paruh pertama tahun 2019.

Benjamin Stephan dari Greenpeace mengatakan karena bobotnya yang berat dan mesin yang besar, SUV secara signifikan lebih berbahaya bagi iklim daripada mobil lain.

Jumlah SUV semakin meningkat dikhawatirkan akan memicu krisis iklim lebih jauh. “Sama sekali tidak bertanggung jawab, hari ini SUV masih diproduksi dan dipakai untuk mengemudi,” ujarnya.

Selain itu hal lain yang disoroti adalah terkait keamanan. Ground clearance yang tinggi dari tanah serta memiliki dimensi yang lebih besar membuat pengemudi kurang awas ketika berkendara.

“Siapa pun yang memiliki SUV ketika mengalami kecelakaan kendaraan bermotor, mereka memiliki risiko empat kali lebih tinggi meninggal daripada di mobil biasa. Pada pejalan kaki, meningkatkan risiko kecelakaan fatal karena kap mesin lebih tinggi setengahnya,” kata Benjamin Stephan.

Protes tersebut juga dirasakan pada pameran otomotif Internationalen Automobil Ausstelung atau Frankfurt Motor Show 2019. Beberapa pabrikan yang sebagian besar memiliki line up SUV untuk dipamerkan batal hadir.

Bahkan pameran mobil dikritik karena semakin terlihat tidak berhubungan dengan keprihatinan publik dan politik atas perubahan iklim. Beberapa kelompok aktivis iklim telah mengumumkan niat mereka untuk menggelar protes di IAA di Frankfurt.

Salah satu kelompok yang menyebut dirinya Rocks di Gearbox menggambarkan pameran IAA di Frankfurt sebagai sebuah acara propaganda di mana sistem transportasi yang hancur, iklim dan lingkungan sudah usang.

 

 

 

 

 

Editor: PAR
Sumber: detikoto