Sistem pencernaan dalam tubuh memiliki peran penting untuk menjaga kesehatan agar tetap optimal. Jika ada salah satu organ pencernaan bermasalah atau terganggu dikarenakan terserang penyakit maka akan mempengaruhi kerja sistem pencernaan.
Berikut penyakit usus yang perlu diwaspadai demi kesehatan tubuh.
Gangguan sistem pencernaan manusia ada bermacam-macam seperti diare, sembelit atau konstipasi, gastroenteritis, keracunan makanan, tukak lambung, inflammatory bowel disease (IBD), intoleransi makanan, dan lainnya.
Dampak dari gangguan atau penyakit di saluran pencernaan, khususnya di usus, mampu menghambat penyerapan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Itu juga memberikan risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Intoleransi makanan
Gangguan sistem saluran pencernaan yang paling sering ditemukan adalah yang disebabkan oleh intoleransi makanan. Kondisi intoleransi makanan adalah respons sistem pencernaan manusia ketika ada makanan atau minuman yang tidak dapat dicerna masuk ke dalam tubuh.
Kondisi ini berbeda dengan alergi makanan karena pada kasus alergi makanan sistem kekebalan tubuh manusia akan bereaksi dan melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh, salah satunya adalah makanan atau minuman, yang dianggap berbahaya.
Intoleransi laktosa adalah salah satu contoh intoleransi makanan yang dialami oleh manusia di mana ketidakmampuan usus untuk mencerna laktosa dari susu disebabkan oleh tidak adanya enzim laktase untuk mencerna dan mengubah laktosa, salah satu jenis karbohidrat disakarida, menjadi bentuk lebih sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa.
Menurut penjelasan ahli gizi Arif Sabta Aji dalam siaran pers Milklife #BeraniMinumSusu, kasus intoleransi laktosa banyak ditemukan di Indonesia. Bahkan pada tingkat Asia, memiliki kecenderungan lebih berisiko untuk mengalami intoleransi laktosa.
Diperkirakan di Asia Tenggara termasuk Indonesia, sekitar 80 persen penduduknya mengalami intoleransi laktosa. Sementara di Eropa, prosentase penderita intoleransi laktosa pada ras kaukasia lebih rendah sekitar 25 persen.
“Hal ini disebabkan, karena faktor genetis keturunan di mana secara budaya konsumsi susu orang Asia lebih lama menerima kebiasaan minum susu sapi jika dibandingkan dengan orang Eropa,” papar Arif.
Tingginya konsumsi susu di Eropa disebabkan karena mereka tinggal di geografis yang lebih jarang terkena paparan sinar matahari sehingga anjuran cukup konsumsi susu
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan vitamin D dan zat gizi lainnya.
Berbeda dengan orang yang tinggal lebih dekat dengan garis khatulistiwa karena lebih banyak terpapar sinar matahari. Kondisi ini menyebabkan masih belum banyak orang yang memiliki enzim laktase yang cukup untuk mampu mencerna laktosa dari susu.
Menurut Arif, banyak gejala yang ditimbulkan dari intoleransi laktosa terhadap fungsi pencernaan dan kesehatan manusia seperti perut kembung, sakit perut, diare, dan muntah.
“Kondisi tersebut sering dialami penderita intoleransi laktosa selama 30 menit sampai dua jam setelah konsumsi susu. Jika setelah konsumsi susu dan produk susu
olahan lainnya membuat perut kembung, kemungkinan akan mengalami sakit perut atau diare,” paparnya.
“Gejala ini merupakan indikator bahwa tubuh mengalami gangguan fungsi pencernaan terhadap makanan tertentu” tambah Arif.
Selain itu, Arif mengatakan, pada akhirnya tubuh akan mengalami kelelahan dikarenakan gejala yang ditimbulkan ketika mengalami intoleransi laktosa.
Oleh karena itu, solusi untuk menghindari efek dan gejala yang ditimbulkan oleh intoleransi laktosa adalah dengan mengurangi konsumsi bahan makanan yang mengandung laktosa dengan mengganti produk minuman susu dengan produk minuman susu yang bebas laktosa.
Konsumsi produk olahan susu lainnya juga bisa menjadi alternatif karena jumlah laktosanya sudah tidak sebanyak produk susu sapi tanpa olahan.
Orang yang mengalami intoleransi laktosa dan dengan sengaja menghindari konsumsi susu akan berisiko mengalami defisiensi pada zat gizi tertentu seperti kalsium, vitamin D, vitamin B12, dan protein.
Intoleransi laktosa tidak dapat dicegah, tetapi gejala dari intoleransi laktosa dapat dicegah dengan mengonsumsi produk susu bebas laktosa.