Kendaraan militer melintas membawa senjata canggih saat parade HUT ke-70 RRC di Beijing, China, Selasa (1/10/2019). Persenjataan yang dipamerkan dalam HUT ke-70 RRC ini termasuk rudal bersenjata nuklir yang bisa mencapai AS dalam 30 menit. (AP Photo/Ng Han Guan)

 China melontarkan kecaman terhadap sosok yang mereka anggap telah memicu latihan militer Tiongkok di Selat Taiwan. Ia adalah William Lai, presiden baru pulau tersebut.

Mulai dari stasiun televisi pemerintah CCTV dan halaman editorial Global Times, hingga juru bicara kementerian luar negeri China menyampaikan kecaman terhadap Presiden Lai.

Global Times telah menyebutnya sebagai orang yang sombong dan sembrono. Sementara, CCTV menulis bahwa Lai akan melakukan hal memalukan dalam sejarah, dikutip dari BBC, Jumat (24/5/2024).

Laporan CCTV juga memperingatkan bahwa jika Lai dan Partai Progresif Demokratik (DPP) yang dipimpinnya tetap mempertahankan jalur menuju kemerdekaan Taiwan, mereka pada akhirnya akan hancur.

Polemik ini muncul ketika William Lai mengungkapkan pemikirannya bahwa Taiwan bukanlah bagian dari Tiongkok, dan mereka adalah dua negara yang berbeda.

Di mata China, ini adalah pengakuan atas ideologi “separatis” yang dianutnya.

Selama beberapa dekade, Taipei telah mengaburkan definisi mereka tentang Tiongkok. Bahkan mantan presiden Tsai berhati-hati dalam menyebut Tiongkok dengan istilah halus seperti pihak lain atau pihak berwenang Beijing.

Beberapa pakar di Taiwan mengatakan bahwa bahasa seperti itu penting, dan menyebut Lai telah melewati batas dan sangat berbahaya.

Ketika DPP yang dipimpin Lai memenangkan pemilihan presiden ketiga berturut-turut, banyak yang bertanya-tanya bagaimana dan kapan Beijing akan meresponsnya.

Asumsi yang jelas adalah bahwa hal itu akan terjadi setelah masa jabatan Lai dilantik dengan pidato presiden pertamanya.

Kemudian,tiga hari setelah pelantikan Presiden Lai, Beijing telah mengeluarkan tanggapannya.

Taiwan menggelar latihan militer dengan mendaratkan pesawat jet di tengah jalan raya. Latihan ini antisipasi jika China melakukan invasi.

Editor: PARNA

Sumber: liputan6