Regulator penerbangan Inggris mengizinkan maskapai Virgin Atlantic untuk menggunakan pesawat berbahan bakar ramah lingkungan pertama di dunia atau sustainable aviation fuels (SAF). Bahan bakar tersebut diharapkan menjadi solusi atas industri penerbangan yang selama ini identik menghasilkan emisi karbon yang tinggi.

Dikutip dari Japan Today, regulator penerbangan Inggris pada Senin (7/11/2023), mengumumkan telah menerbitkan izin bagi Virgin Atlantic untuk menggunakan menggunakan pesawat berbahan bakar ramah lingkungan pertama di dunia.

Otoritas Penerbangan Sipil Inggris (Civil Aviation Authority/CAA), mengatakan bahwa izin penerbangan dikeluarkan agar pesawat tersebut bisa mengudara para 28 November mendatang dari London ke New York. CAA menerbitkan izin menyusul kesuksesan ‘tinjauan teknis’ yang diajukan Virgin Airlines.

Upaya ini didukung oleh sejumlah konsorsium perusahaan penerbangan seperti Boeing, Rolls-Royce, BP dan lain sebagainya. Sebab, sektor penerbangan menjadi salah satu sektor yang menghasilkan karbon dioksida dan emisi non-CO2 yang tinggi. Menurut sejumlah ilmuwan, hal ini berpengaruh signifikan terhadap keberlangsungan lingkungan dan perubahan iklim.

Perusahaan maskapai menggantungkan harapan mereka kepada SAF. SAF adalah bahan bakar jenis biofuel yang menghasilkan emisi karbon lebih rendah dibanding avtur.

SAF memang berguna untuk mengurangi emisi karbon, tapi bahan bakar ramah lingkungan itu memakan biaya lebih mahal untuk diproduksi. Alhasil, penggunaan bahan bakar tersebut pun bisa membuat harga tiket melambung lebih tinggi dan diwanti-wanti bisa menekan pertumbuhan penumpang pesawat.

Kendati demikian, Kepala Eksekutif CAA Rob Bishton, mengatakan pihaknya justru menyambut baik penggunaan SAF. Sebagai regulator penerbangan Inggris, menurutnya industri penerbangan perlu ‘mendorong batas-batas’ dengan menerapkan praktik yang lebih berkelanjutan untuk menciptakan industri penerbangan yang lebih ramah lingkungan.

“Izin ini tidak hanya memungkinkan Virgin Atlantic dan perusahaan lain untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan, namun juga menjadi contoh bagaimana industri ini selalu mengeksplorasi teknologi baru” ucap Rob, Selasa (7/11/2023).

Rob kemudian menjelaskan izin yang diterbitkan CAA untuk Virgin Atlantic akan membuka jalan bagi regulator penerbangan Amerika Serikat (AS), Irlandia, dan Kanada untuk mengeluarkan izin serupa. Hal ini melihat maskapai tersebut juga akan melintasi negara-negara itu.

CAA diketahui sudah melakukan analisa terhadap berbagai aspek untuk menerbitkan izin itu, di antaranya melakukan pengujian darat bersama Rolls-Royce untuk mesin pesawat Trent 1000 yang 100% berbahan bakar SAF.

Menurut CAA, inisiatif tersebut bertujuan untuk menguji dan menunjukkan kelayakan penggunaan bahan bakar berkelanjutan untuk menggerakkan pesawat. Pemerintah Inggris pun diketahui menjadi pihak yang mendanai sebagian besar upaya itu.

Pada Desember 2022, Pemerintah Inggris menggelontorkan US$ 1,2 juta atau Rp 18 miliar (kurs Rp 15.589) kepada Virgin Atlantic untuk menjadi maskapai pertama yang sepenuhnya berbahan bakar SAF.

CEO Virgin Atlantic Shai Wess, mengatakan bahwa pihaknya perlu mengambil langkah dan kolaborasi ‘radikal’ dengan konsorsium penerbangan dan pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut.

Ia mengatakan maskapai berkomitmen untuk menggunakan 10% SAF untuk semua armada pesawat pada 2030. Namun Shai juga mendesak pemerintah untuk membantu menciptakan industri bahan bakar SAF di Inggris.

“Kami tahu jika kami bisa mewujudkannya, kami bisa menerbangkannya,” tegas Shai.

Editor: PARNA

Sumber: detik.com