Beberapa waktu lalu, seorang siswa tingkat sekolah dasar (SD) di Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat terpaksa harus mengamputasi kakinya. Amputasi dilakukan setelah anak tersebut mengalami perundungan atau bullying.

Korban berinisial F itu di-sleding oleh salah satu temannya saat jam istirahat sekolah. Peristiwa ‘sleding’ itu telah terjadi cukup lama, sekitar Februari lalu.

Perundungan tak terjadi satu kali. F juga disebut menerima perundungan berupa olok-olokan dari teman.

Peristiwa perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah masih cukup tinggi di Indonesia. Bukan hanya F yang harus mengamputasi sebelah kakinya, beberapa waktu lalu seorang siswa SD juga mengalami buta permanen di salah satu matanya gara-gara ditusuk dengan tusukan bakso oleh kakak kelasnya.

Dokter spesialis kedokteran jiwa subspesialis anak dan remaja (psikiatri) di Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro Jaya, Anggia Hapsari mengatakan, perundungan adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain. Korban merasa takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi dan tidak berdaya untuk mencegahnya.

“Perundungan tidak lepas dari kesenjangan kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi atau pengulangan,” kata Anggia dalam keterangan yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (6/11).

Jenis-jenis bullying
Salah satu cara memutus rantai bullying adalah dengan memahami perundungan itu sendiri. Banyak kasus perundungan yang dianggap sebagai kenakalan anak pada umumnya.

Untuk memahaminya lebih jauh, berikut beberapa jenis bullying yang perlu diperhatikan.

1. Perundungan fisik
Perundungan ini melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban. Hal ini termasuk memukul, menendang, meludahi, mendorong, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dan lain-lain.

“Perundungan fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan perundungan jenis lainnya,” kata dia.

2. Perundungan verbal
Perundungan jenis ini biasanya melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati seseorang. Perilaku yang termasuk antara lain mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dan lain-lain.

Kasus perundungan verbal termasuk jenis perundungan yang sering terjadi dalam keseharian, namun sering tak disadari.

3. Perundungan relasi sosial
Jenis perundungan ini biasanya bertujuan menolak dan memutus relasi sosial korban dengan orang lain. Perundungan biasanya meliputi pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran.

Contohnya, menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang di depan umum, menghasut untuk menjauhi seseorang, menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan, dan lain-lain.

4. Perundungan elektronik
Perundungan elektronik merupakan merupakan bentuk perundungan yang dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, ponsel, internet, chatting room, surat elektronik, SMS. Perilaku yang termasuk perundungan elektronik antara lain menggunakan tulisan, gambar, dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi, menakuti, dan menyakiti korban.

“Contohnya cyberbullying, yaitu perundungan melalui internet,” kata dia.

Setidaknya ada beberapa cara mencegah bullying yang bisa dipahami.
1. Ambil langkah cepat
Jangan terlihat takut ketika pem-bully mulai mendatangi Anda. Tapi, jangan menantang mereka karena hal ini bisa membuat situasi semakin panas.

2. Hindari adu argumen
Pada suatu titik, adu pendapat dengan pelaku perundungan tidak ada gunanya. Alih-alih beradu argumen, cobalah untuk bersikap tenang dan tidak memperlihatkan perasaan takut.

Jika Anda mengkhawatirkan keselamatan, temui guru atau pembimbing yang bisa dipercaya untuk membantu mengatasi situasi tersebut. Hindari melakukan kontak lebih jauh dengan si perundung sampai Anda melakukan langkah-langkah lain untuk menghentikan perundungan.

2. Cari bantuan dari luar
Jika pelaku perundungan sudah membuat Anda cemas saat berangkat, maka carilah pertolongan dari orang dewasa yang bisa dipercaya.

3. Bela diri secara mental dan emosional
Setiap orang berhak menentukan perasaan dirinya sendiri, bukan orang lain. Hindari empat jenis pemikiran yang tak rasional seperti sering menuntut, melebih-lebihkan, tak tahan, serta suka memberi label dan menjelek-jelekan.

4. Terima diri apa adanya
Rasa malu dapat menjadi latar belakang seseorang mengalami perundungan. Selain itu, rasa malu juga muncul ketika anak tidak mampu melakukan usaha yang lebih baik dari yang sudah mereka lakukan.

Rasa malu juga membuat mereka menyimpan rahasia dan tidak mencari serta menerima pertolongan yang diberikan kepada mereka. Menyimpan rahasia membuat mereka mengulangi pemikiran-pemikiran yang tidak rasional hingga pada titik menganggap pemikiran tersebut merupakan kenyataan, bukannya pendapat.

“Pemikiran-pemikiran ini kerap kali berujung pada logika tidak rasional berupa bunuh diri yang timbul karena perundungan,” kata Anggia.

Memutus mata rantai bullying bukan perkara mudah. Pasalnya, korban bisa menjadi pelaku dan sebaliknya, pelaku juga dapat menjadi korban.

Oleh karena itu, diperlukan peran banyak pihak untuk memutus perilaku bullying tersebut.

“Salah satunya peran serta dari keluarga dan lingkungan sekitar,” katanya.

Editor: PARNA

Sumber: cnnindonesia.com