Capres dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, mengungkapkan bahwa menjadi seorang pemimpin yang diberikan amanah dari rakyat harus siap menanggung derita rakyatnya juga. Begitu juga mencari solusi untuk mengatasinya.

Terkait hal tersebut, Ganjar menceritakan pengalaman saat menjabat Gubernur Jawa Tengah. Dia pernah meminta anggaran lebih kepada DPRD Provinsi Jawa Tengah untuk membuat banyak SMK vokasi khusus diisi anak-anak dari keluarga miskin.
“Waktu itu kami minta anggaran dalam jumlah yang lebih banyak untuk membuat SMK vokasi, biar cepat kerja. Hanya diisi oleh anak-anak dari keluarga miskin dan kita bayarin semuanya dan dia boarding school,” ujar Ganjar dalam acara Workshop Nasional Anggota DPRD Fraksi PPP se-Indonesia di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Jumat (20/10/2023).
“Hasilnya top, kita investasi tiga tahun, tahun ke empat sudah panen,” sambungnya.
Hasilnya, anak-anak yang bersekolah di SMK vokasi tersebut kini menjadi tulang punggung keluarga.
Ganjar pun sempat menanyakan satu hal kepada anak-anak yang telah berhasil tersebut perihal apa yang telah diberikan anak-anak itu kepada orang tuanya.
“Pertanyaan saya hanya satu, bukan soal profesi dan tempat kerjanya yang ada di Jepang, di Korea, di BUMN, jadi Polisi, jadi ASN, tidak. Yang saya tanyakan satu, sudah kerja? Sudah. Dapat penghasilan? Iya. Apa yang kamu berikan kepada orang tuamu?” ungkap dia.
Ia pun terharu mengingat dirinya pernah berada di kondisi tersebut. Ganjar pun menegaskan untuk jangan menantangnya tentang penderitaan.
Sebab ia mengaku pernah merasakan penderitaan tersebut. Sehingga mendorongnya membuat fasilitas bagi anak-anak dengan kondisi ekonomi miskin.
“Pak ketum, terharu Pak saya. Karena saya pernah berada pada kondisi seperti dia yang sulit bayar sekolah, yang makannya juga tidak terlalu teratur, maka kalau bentuknya kurus gini gawan bayi ini Pak. Karena dulu kurang gizi ini pak Ketum. maka Bapak Ibu itulah pengalaman yang kami rasakan,” kata Ganjar.
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar menekankan soal peran pemimpin dalam investasi pendidikan pada generasi selanjutnya merupakan hal yang penting.
Kemudian, Ganjar juga mengatakan bahwa keterlibatan anak muda dalam politik harus didorong. Dia bercerita saat bertemu dengan Gen Z, dan membicarakan soal partai politik.
“Kemarin saya ketemu dengan Gen Z bilang begini, ‘siapa dari anak muda di kampus ini yang berpartai? Angkat tangan!’ Tidak ada,” imbuh Ganjar.
“Katanya partai itu apa sih? Terus saya ceritakan ketika saya usia anda di kampus, saya sudah (menjadi) anggota partai. Dan kami menapaki proses yang panjang, melelahkan, dibanting-banting, sampai ke situ. Saya ceritakan kepada mereka dan mereka mulai tertarik,” ungkapnya.
Menurut Ganjar, momentum pemilu 2024 merupakan momen yang pas bagi anak muda ikut berperan aktif dalam partai politik.
“Anda tidak akan menemukan lagi. Menemukan lagi 5 tahun lagi. Silakan rasakan nikmatnya,” pungkasnya.
Editor: PARNA
Sumber: kumparan