Satelit Republik Indonesia atau Satria-1 bakal mengorbit sebentar lagi. Satelit Indonesia ini disebut-sebut bakal jadi yang terbesar se-Asia dan nomor lima paling besar di dunia.

Plt Dirut Bakti Kominfo Arief Tri Hardiyanto mengatakan satelit berkapasitas 150 Gigabits per second (Gbps) ini memiliki teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) dan jadi yang terbesar se-Asia.

“Satria ini satelit multifungsi milik pemerintah RI berteknologi VHTS yang diharapkan dapat menyalurkan internet dengan kapasitas setara 150 Gbps. Satelit ini akan jadi yang terbesar di Asia atau nomor 5 dunia dari sisi kapasitas untuk kelas di atas 100 Gbps,” jelas Arief di Orlando, Amerika Serikat, Sabtu (17/6/2023).

Arief mengatakan kapasitas yang besar ini akan diperuntukkan untuk mengatasi kesenjangan digital di wilayah pelosok di Tanah Air, yang tidak dapat terjangkau jaringan telekomunikasi seperti BTS maupun serat optik.

“Infrastruktur satelit ini merupakan program yang sangat strategis karena telah dimasukkan dalam daftar proyek strategis nasional,” jelas Arief.

Sementara itu, Network of Director Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Heru Dwikartono mengatakan Satria-1 jadi satelit yang terbesar di Asia berdasarkan tingkat kapasitas yang dimiliki. Sedangkan di dunia, ada juga satelit dengan kapasitas di atas 300 Gbps. Contohnya satelit ViaSat.

“Kenapa bisa sampai segitu, karena wilayah yang dicakupnya bukan hanya Indonesia. Kita Indonesia doang. Makanya kalau orang lain, kaya Singapura mau bikin satelit, terus mau ditaruh di mana? cuma 1 gitu doang kan rugi perangkatnya. Mahal peluncurannya, paling cuma melayani sedikit,” katanya.

Satelit SATRIA diproduksi oleh perusahaan manufaktur antariksa Prancis, Thales Alenia Space (TAS). Dengan kapasitasnya 150 Gbps, satelit Satria-1 ini memiliki bobot 4,6 ton dengan tinggi 6,5 meter.

Heru mengatakan satelit Satria-1 ini bisa ikut mempercepat akses layanan internet yang merata di seluruh Indonesia, khususnya di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

“Jadi bukan hanya di kota-kota besar yang bisa menerima layanan digital, masyarakat yang di desa pun bisa merasakan pertumbuhan digital ekonomi ini untuk kemakmuran masyarakat, khususnya di 3T,” kata Heru.

Editor:PARNA

Sumber: detik.com