Menjelang long weekend, hal yang ditunggu banyak pekerja adalah kesempatan tidur lama. Tapi para ahli mengingatkan terlalu banyak tidur bisa menimbulkan efek berbahaya.

Tidur terlalu lama bisa mengindikasikan masalah kesehatan. Kebiasaan tidur berlebihan ini bisa meningkatkan risiko stroke tanpa disadari.

Para peneliti di University of Galway, Irlandia, menganalisis data dari 5.000 orang, setengahnya sudah menderita stroke. Dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Neurology, para ilmuwan menganalisis data dari 5.000 orang yang mengambil bagian dalam studi INTERSTROKE, yang melacak pasien dan mencocokkan kontrol dari 32 negara.

Hasilnya, partisipan yang tidur lebih dari sembilan jam per malam memiliki risiko dua kali lipat mengalami stroke dibandingkan dengan mereka yang tidur tujuh jam sehari.

Hasil juga menunjukkan bahwa orang yang tidur kurang dari lima jam per hari bahkan tiga kali lebih mungkin mengalami stroke. Studi ini bersifat observasional, artinya tidak dapat membuktikan apakah terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur membuat stroke lebih mungkin terjadi.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan setiap orang harus tidur minimal tujuh jam setiap malam. Tidur terlalu lama telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan termasuk penyakit jantung, diabetes, dan obesitas.

“Hasil kami menunjukkan bahwa masalah tidur harus menjadi area fokus untuk pencegahan stroke,” kata spesialis tidur Dr Christine McCarthy yang memimpin studi tersebut dikutip dari DailyMail.

Tidak jelas mengapa terlalu banyak tidur meningkatkan risiko stroke, tetapi para ilmuwan menyarankan itu mungkin menjadi indikator masalah kesehatan lainnya.

Hal ini termasuk gaya hidup yang tidak banyak bergerak, anemia atau depresi, yang semuanya diketahui meningkatkan risiko stroke atau kemungkinan obesitas yang lebih tinggi.

Di sisi lain, terlalu sedikit tidur juga diketahui meningkatkan risiko menderita stroke karena tingkat tekanan darah yang lebih tinggi, peradangan, dan peningkatan risiko obesitas dan diabetes tipe 2.

Editor: HER

Sumber: detikhealth