Milisi di Jalur Gaza Palestina kembali meluncurkan serentetan roket ke wilayah Israel bagian selatan pada Kamis (6/4/2023) pagi waktu setempat.

Peluncuran roket itu disebut sebagai aksi balasan atas aksi polisi Israel menyerang masjid Al Aqsa dan memukuli sejumlah jemaah di sana pada Rabu (5/4) subuh dan malam.

Sirene peringatan serangan udara di Israel pun meraung sebagai tanda waspada. Militer Israel mengatakan tak ada korban jiwa akibat serangan roket-roket yang kemungkinan dilancarkan milisi Hamas dari Gaza, seperti dikutip dari Reuters.

Ini merupakan serangan kali kedua setelah Gaza meluncurkan sekitar tujuh roket ke wilayah selatan Israel pada Rabu (5/4) pagi, beberapan saat usai insiden di Al Aqsa.

Aksi polisi Israel menyerbu Al Aqsa di saat umat Islam menjalankan ibadah Ramadan dan jelang Paskah bagi umat Kristen mendapat kecaman dari banyak negara.

Negara-negara yang terhimpun dalam Liga Arab langsung menggelar rapat darurat menyikapi tindakan kekerasan polisi Israel di Al Aqsa.

Salah satu hasil pertemuan itu mengaktifkan desakan agar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera menggelar rapat membahas insiden di Al Aqsa.

Dua diplomat PBB mengatakan sesi ini akan berlangsung secara tertutup. Pertemuan itu dilakukan atas desakan Uni Emirat Arab sebagai perwakilan Liga Arab dan China, demikian dikutip The Times of Israel.

Rapat itu bakal menjadi sesi darurat keempat yang digelar Dewan Keamanan menyangkut konflik kedua negara ini sejak Benjamin Netanyahu menjadi Perdana Menteri Israel.

Rusia juga mewanti-wanti agar insiden Al Aqsa segera diredam sehingga konflik di kawasan itu tidak meluas.

“Moskow menyampaikan kekhawatiran yang serius terkait rangkaian eskalasi lain antara Palestina dan Israel, yang berisiko menjadi konfrontasi pasukan dengan skala penuh, seperti yang terjadi berkali-kali di masa lalu,” kata juru bicara Kemlu Rusia, Maria Zakharova pada Rabu, seperti dikutip dari Anadolu Agency.

Insiden itu terjadi di bulan suci Ramadan dan mendekati Paskah. Menurut Zakharova, insiden di waktu-waktu tersebut bisa membuat konflik meluas.

Dalam pernyataan resmi, Kemlu Rusia juga menyatakan bahwa situasi di Yerusalem hanya bisa selesai melalui kesepakatan politik.

“Kami meneruskan fakta bahwa tak ada alternatif untuk memulai kembali proses perdamaian Palestina dan Israel di bawah kerangka hukum yang disetujui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), berdasarkan prinsip solusi dua negara,” demikian pernyataan Kemlu Rusia.

Editor: HER

Sumber: cnnindonesia