Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI, bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menyelenggarakan seminar online dengan tema yang diangkat Sosialisasi Analog Switch Off (ASO) di Santika Hotel, Batam Center, Jumat (25/11/2022).

Tidak hanya sosialisasi, pada kegiatan ini pihaknya juga menyerahkan bantuan Set Top Box (STB), bagi masyarakat Batam terutama masyarakat pesisir.

Anggota Komisi I DPR RI, Sturman Panjaitan menjelaskan pentingnya mendukung program Pemerintah Pusat ini dimaksudkan meminimalisir potensi sengketa dengan negara tetangga, yang diakibatkan oleh luberan atau intervensi spektrum frekuensi siaran analog di wilayah perbatasan seperti Batam.

“Sebagai masyarakat perbatasan, kita tahu bahwa luberan frekuensi dari dua tetangga kita kerap masuk dan bisa dinikmati oleh masyarakat Batam. Bahkan tak jarang masyarakat kita lebih mengenal program siaran TV disana, dibanding dengan Indonesia,” terangnya.

Selain itu, ASO perlu segera diterapkan secara menyeluruh agar masyarakat bisa mendapatkan siaran yang bersih gambarnya dan jernih suaranya, walaupun di lokasi terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).

Penerapan ASO diharapkan bisa menambah konten atau program televisi (TV) yang didapat dari hasil efisiensi frekuensi yang ditinggalkan siaran analog atau digital dividen.

“(Efisiensi frekuensi) sangat penting. Tanpa adanya frekuensi kita tidak bisa melakukan seperti sekarang ini karena adanya kepentingan digunakan untuk komunikasi yang bisa memfasilitasi kita,” kata dia

Terpisah, Direktur Penyiaran Ditjen PPI Kemenkominfo, Geryantika Kurnia menyebutkan sosialisasi ASO bagi wilayah perbatasan juga berhubungan dengan peningkatan literasi digital.

Literasi digital berarti cerdas memanfaatkan teknologi informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa di berbagai bidang.

“Intinya kemampuan memanfaatkan teknologi informasi secara kreatif & inovatif untuk membantu kehidupan yang lebih baik dan sejahtera dalam berbagai bidang,” ungkapnya.

Dalam paparannya beliau menjelaskan bahwa optimalisasi pita 700 MHz untuk transformasi digital merupakan pita frekuensi ”emas” untuk peningkatan layanan internet, namun di Indonesia penggunaannya masih hanya untuk siaran televisi analog.

Dengan digitalisasi sistem penyiaran televisi, maka penggunaan pita frekuensi akan lebih optimal dan hasil efisiensinya (Digital Dividend) dapat digunakan untuk pemerataan infrastruktur digital dan peningkatan layanan internet.

Lebih lanjut, Geryantika mengatakan, saat ini terdapat 697 stasiun TV di Indonesia yang sebelumnya melakukan siaran analog, seingga frekuensi yang dipergunakan sangat besar.

Dengan siaran digital yang telah dimulai secara resmi pada 2 November 2022 lalu, maka frekuensi yang bisa dihemat cukup signifikan, karena tiap satu frekuensi beta analog bisa dipergunakan antara enam hingga 12 stasiun TV.

“Jadi sangat sangat hemat. Sisa frekuensi dialihkan untuk penyelenggaran broadband, termasuk untuk meningkatkan broadband 5G atau generasi ke lima,” pungkasnya.

Editor: WIL