Para ilmuwan mengungkap ilustrasi pertama dari virus corona varian Omicron (dulu disebut varian B.1.1.529). Gambar tersebut menunjukkan bahwa varian virus SARS-CoV-2 satu ini memiliki banyak mutasi dibanding varian Delta.

Foto 3D penampakan varian Omicron diproduksi dan diterbitkan oleh Ospedale Pediatrico Bambino Gesù, rumah sakit di Roma, Italia. Studi ini dipimpin oleh Profesor Carlo Federico Perno dan disupervisi oleh Profesor Claudia Alteri dari University of Milan.

Dari gambar 3D varian Omicron tersebut, yang disandingkan dengan varian Delta, memperlihatkan banyak mutasi yang terkonsentrasi pada bagian protein spike. Protein spike sendiri merupakan bagian terluar virus yang bentuknya seperti paku, dan dipakai SARS-CoV-2 untuk menempel dan masuk ke dalam sel manusia.

“Kita dapat melihat dengan jelas bahwa varian Omicron menghadirkan lebih banyak mutasi daripada varian Delta, terkonsentrasi di dalam satu area protein yang berinteraksi dengan sel manusia,” kata peneliti, seperti dikutip The Independent.

“Ini tidak secara otomatis berarti varian ini lebih berbahaya, hanya saja virus telah beradaptasi lebih jauh dengan spesies manusia dengan menghasilkan varian lain.”

– Ilmuwan Ospedale Pediatrico Bambino Gesù

Tim peneliti mengatakan, varian corona terbaru ini memiliki 43 mutasi protein spike. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari varian Delta yang ‘hanya’ memiliki 18 mutasi.

Jumlah mutasi protein spike yang disebutkan peneliti Bambino Gesù sedikit berbeda dengan temuan sebelumnya. Tom Peacock, seorang ahli virus di Imperial College London, Inggris, menyebutkan varian Omicron memiliki total 50 mutasi, dengan 32 di antaranya berada di protein spike.

Perubahan signifikan pada protein spike virus corona merupakan alarm bahaya bagi para ahli. Sebab, mutasi pada protein spike dapat mempengaruhi kemampuan virus untuk menginfeksi sel serta memungkinkan virus untuk lolos dari antibodi yang dibentuk oleh vaksin.

“Panjang cabang yang sangat panjang dan jumlah mutasi lonjakan yang sangat tinggi menunjukkan ini bisa menjadi perhatian nyata (diprediksi lolos dari antibodi monoklonal yang paling dikenal),” jelas Peacock.

Varian Omicron pertama kali diidentifikasi di Botswana pada 11 November 2021. Varian ini kemudian ditemukan juga di Afrika Selatan pada 14 November 2021.

Para ahli belum memiliki jawaban pasti soal tingkat bahaya varian Omicron. Hingga kini, para peneliti masih mempelajari lebih banyak soal karakteristik dan dampak yang mungkin dihadirkan varian terbaru SARS-CoV-2 tersebut.

Editor : ARON
Sumber : kumparan