Tanpa pandemi pun, siswa, mahasiswa, dan para pendidik bisa kelelahan belajar, mengajar, mendidik, dan mengerjakan tugas. Dikutip dari laman Harvard Business School, kelelahan belajar yang dirasakan siswa dan mahasiswa kadang tidak ditindaklanjuti.
Tidak adanya support group, happy hours, dan lokakarya tentang pentingnya mengatasi kelelahan belajar rupanya jadi salah satu penyebab masih banyak siswa dan mahasiswa yang belum tahu tanda-tanda kapan harus berhenti belajar dan kapan waktunya istirahat.

Padahal, mengetahui tanda-tanda kelelahan belajar adalah langkah pertama untuk mengatasinya.

Apa saja gejalanya?

Tanda Harus Berhenti Belajar dan Istirahat
Cepat Kesal, Tidak Sabar, dan Tidak Senang
Mudah kesal, tidak sabar, dan tidak senang untuk hal-hal yang biasanya bukan masalah buatmu adalah salah satu bentuk aktif eksternal seseorang yang sedang mengalami kelelahan.

Dikutip dari Harvard Business Review, Jika tidak dibawa istirahat, kamu bisa cenderung bersikap di luar kesopanan, menyalahkan orang lain, meledak marah, menangis “tanpa sebab”, mengeluh lebih banyak, dan membuat orang di sekitar ikut stres.

Tidak Menyerap
Membaca satu paragraf, atau kalimat, berkali-kali tanpa bisa lagi mencernanya juga menjadi tanda kamu butuh istirahat dari belajar. Istirahat juga membantu seseorang untuk lebih segar dan siap memahami bacaan yang belum sempat dimengerti.

Hal ini juga berlaku jika kamu mengerjakan soal hitungan puluhan kali, namun masih belum mengerti juga bagaimana menyelesaikannya. Istirahat, lalu diskusi dengan guru atau teman, atau mencari penjelasannya di video bisa membantu mengatasi kelelahan belajar.

Kesulitan Berkomunikasi dan Beraktivitas
Kelelahan belajar bisa membuat seorang siswa atau mahasiswa merasa terlalu letih untuk melakukan hal setelah sebuah sesi belajar. Hal ini terkadang membuatnya jadi tidak mandi, tidak membersihkan diri, dan kadang tidak melakukan hobi yang bisa mengembalikan suasana hati karena merasa membuang waktu.

Kelelahan juga membuat seseorang kesulitan mengatur apa yang ingin dikatakan, dan kadang juga apa yang tengah ditulis atau dicatat.

Mata Merah dan Berkedut
Tidak hanya kelelahan kognitif dan mental, kelelahan belajar juga mencakup kelelahan mata. Istirahat dan alihkan pandangan dari buku atau layar ke pepohonan hijau di luar rumah, atau memejamkan mata untuk bantu mata agar tidak tegang.

Mengesampingkan Self-Care dan Sosialisasi
Mandi, menjaga kebersihan diri, tidur, berganti pakaian, keramas, sikat gigi, dan makan merupakan hal mendasar dari self-care, bagian penting dalam keseharian yang membantu kesehatan mental dan kesehatan fisik seseorang. Bertemu, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan orang juga kebutuhan manusia.

Orang dengan kelelahan belajar punya kecenderungan untuk mengabaikan hal-hal di atas demi belajar, sehingga di samping bisa sakit, juga bisa merasa depresi. Sebab, tidak bersosialisasi, makan tidak teratur, dan tidak istirahat teratur bisa memicu rasa depresi.

Nilai Ujian Tidak Membaik
Belajar dalam satu sesi yang terlalu panjang juga justru berisiko counterproductive untuk ujian. Dikutip dari laman lembaga studi Chegg, otak butuh istirahat untuk bisa produktif menyimpan sebuah informasi. Jika tidak istirahat, maka otak tidak punya waktu untuk menyimpan pelajaran yang baru saja dicerna.

Editor : ARON
Sumber : detikedu