Amerika Serikat (AS) melancarkan serentetan serangan udara terhadap milisi yang didukung Iran di wilayah Irak dan Suriah. Gempuran AS ini membalas serangan drone yang dilancarkan milisi pro-Iran itu terhadap personel dan fasilitas AS di Irak.

Seperti dilansir Reuters dan AFP, Senin (28/6/2021), militer AS menyatakan pihaknya menargetkan fasilitas operasional dan penyimpanan senjata di dua lokasi di wilayah Suriah dan satu lokasi di wilayah Irak.

Tidak disebutkan lebih lanjut oleh militer AS soal korban luka atau korban tewas akibat serangan udara itu. Otoritas terkait menyatakan bahwa penaksiran sedang berlangsun.

Disebutkan otoritas AS pada Minggu (27/6) waktu setempat bahwa serangan udara itu dilakukan atas arahan Presiden Joe Biden, yang menjadi momen kedua kali sejak dia menjabat lima bulan lalu saat dia memerintahkan serangan balasan terhadap milisi yang didukung Iran.

Pada Februari lalu, Biden memerintahkan dilakukannya serangan udara terbatas di wilayah Suriah sebagai balasan atas serangan roket terhadap personel AS di Irak.

“Seperti yang ditunjukkan oleh serangan malam ini, Presiden Biden sudah memperjelas bahwa dia akan bertindak untuk melindungi personel AS,” demikian pernyataan Pentagon atau Departemen Pertahanan AS.

Serangan udara ini dilancarkan saat pemerintahan Biden berupaya membangkitkan kesepakatan nuklir Iran tahun 2015. Keputusan melancarkan serangan balasan ini menunjukkan bagaimana Biden bertujuan untuk memilah-milah serangan defensif seperti itu, sambil secara bersamaan melibatkan Iran dalam proses diplomasi.

Dalam pernyataan terpisah, kelompok pemantau konflik Syrian Observatory for Human Rights melaporkan bahwa serangan udara Israel itu menewaskan sedikitnya lima petempur milisi Irak yang didukung Iran.

“Setidaknya lima petempur milisi Irak yang didukung Iran tewas dan beberapa orang lainnya luka-luka dalam serangan oleh pesawat-pesawat tempur AS (di sisi Suriah dekat perbatasan Irak),” sebut Syrian Observatory dalam laporannya seperti dilansir AFP.

Syrian Observatory yang biasanya mengandalkan sumber jaringan di dalam wilayah Suriah untuk mengumpulkan informasi ini, menyatakan bahwa posisi militer termasuk di antara target yang diserang AS.

Kantor berita Suriah, SANA, melaporkan bahwa satu anak tewas dan sedikitnya tiga orang mengalami luka-luka akibat serangan udara AS itu.

Pentagon dalam pernyataannya menyebut fasilitas-fasilitas yang menjadi target serangan diketahui digunakan oleh kelompok-kelompok milisi seperti Kataeb Hezbollah dan Kataeb Sayyid Al-Shuhada — dua faksi militer garis keras Irak yang memiliki hubungan dekat dengan Iran.

Salah satu fasilitas yang menjadi target, menurut seorang pejabat pertahanan AS, digunakan untuk meluncurkan drone.

“Fasilitas-fasilitas ini digunakan oleh milisi yang didukung Iran yang terlibat dalam serangan kendaraan udara tanpa awak (UAV) terhadap personel dan fasilitas AS di Irak,” sebut juru bicara Pentagon, John Kirby.

Menurut pejabat AS kepada Reuters, militer AS melancarkan serangan udara dengan jet tempur F-15 dan F-16. Disebutkan juga bahwa para pilot jet tempur AS berhasil kembali dengan selamat dari misi tersebut.

“Kami memperkirakan setiap serangan mengenai target-target yang dimaksudkan,” sebut pejabat AS yang enggan disebut namanya itu.

Otoritas AS meyakini Iran ada di balik serangkaian serangan drone canggih dan serangan roket terhadap para personel dan fasilitas AS di wilayah Irak, di mana militer AS membantu Irak memerangi sisa-sisa kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Dua pejabat AS yang enggan disebut namanya, menuturkan kepada Reuters bahwa milisi Irak pro-Iran melancarkan sedikitnya lima serangan drone terhadap fasilitas AS dan personel koalisi pimpinan AS di Irak sejak April lalu.

Editor : Aron
Sumber : detiknews