Cinta Laura Kiehl mengaku pernah mengalami perundungan ketika berkarier di dunia hiburan. Namun, dirinya kembali bangkit meski banyak yang menghina dirinya.

Dalam kamusnya, pantang bagi Cinta Laura untuk menyerah hanya karena apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya. Hal itu diungkapkannya dalam wawancara di kanal YouTube Gritte Agatha.

“Because I’m not a quitter, aku tipe orang yang nggak akan membiarkan orang lain merasa menang ketika mereka telah menjatuhkan aku. Yang aku sering bilang juga di channel (YouTube) aku, in life we have a choice. Sebenarnya kalau kita merasa hopeless, sebenarnya salah kita sendiri kalau kita terus ada di titik itu. Karena itu tandanya kita sudah memilih untuk diam aja dan tidak proaktif untuk bangkit lagi,” ujar dia.

Meski tak pantang menyerah, bagi Cinta Laura Kiehl, bersedih untuk sesaat adalah hal yang lumrah. Hanya saja, kesedihan, menurutnya, sebaiknya tidak dibiarkan mendiami hati berlarut-larut.

“Kalau kita merasa sedih dan trauma, itu sangat valid. Tapi, bukan berarti kita diam aja untuk maju dari itu,” kata dia.

Oleh karena itu, Cinta Laura pun mengaku tidak terlalu memercayai terminologi pasrah. Baginya, segala sesuatu haruslah diperjuangkan.

“Makanya I don’t believe in pasrah, menerima okay, tapi kita harus bangkit ketika menerima sesuatu,” tuturnya.

Dalam wawancara yang sama, Cinta Laura Kiehl juga membeberkan alasannya ketika memilih New York, Amerika Serikat sebagai destinasi pendidikannya saat berkuliah dulu.

Baginya, itu adalah bagian dari dirinya yang gemar memperjuangkan sesuatu. Menaklukan Amerika Serikat dilihatnya sebagai tantangan baru kala itu. Sebab, dia belum pernah tinggal di Negeri Paman Sam itu sebelumnya.

“Karena aku orang yang sangat curious dan suka hal baru, aku bilang ke papaku. I know Germany has great educational system, but aku belum pernah nih tinggal di US dan kita semua tahu di US banyak sekolah top dunia. I need to be super independent dan nggak hanya itu, nggak tahu kenapa dari kecil mimpi aku dari kecil adalah masuk ke salah satu sekolah Ivy League,” jelasnya.

“Aku pilih Colombia karena aku anaknya metropolitan banget, anak kota besar banget. Selain sekolah, lingkungan kita juga harus bikin kita bahagia. And New York the perfect place for that,” sambung dia.

Editor : Aron
Sumber : detikhot