Harga saham emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk (ISAT) dibuka di zona merah pada sesi I perdagangan pagi ini, Kamis (18/2/2021), pukul 09:34 WIB.

Saham perusahaan milik Ooredoo Qatar ini anjlok 2,16% ke posisi Rp 5.650/saham. Tercatat nilai transaksi sebesar Rp 6,49 miliar dengan volume perdagangan 1,15 juta saham.

Melemahnya saham ISAT seiring dengan aksi jual bersih asing (net buy) senilai Rp 1,50 miliar. Data BEI pukul 10.27 mencatat, saham ISAT masih melorot 3,03% di level Rp 5.600, dengan catatan jual bersih asing Rp 2,43 miliar. Sepekan asing kabur Rp 10,88 miliar.

Melemahnya saham ISAT pada pembukaan perdagangan hari ini seiring adanya kabar resmi bahwa ISAT lagi-lagi akan menjual ribuan menara milik perusahaan. Padahal perusahaan tentunya akan meraup dana triliunan.

Kabar ini muncul di tengah kabar backdoor listing PT Tri Indonesia ke PT Indosat Tbk (ISAT).

Manajemen ISAT menyatakan perusahaan akan menjajaki penjualan sebanyak kurang lebih 4.000 menara.

“Perseroan masih dalam tahap awal penjajakan transaksi tersebut, namun apabila transaksi terjadi, maka transaksi tersebut dapat menjadi transaksi material di bawah peraturan OJK [Otoritas Jasa Keuangan] yang berlaku,” kata Natasha Nababan, Chief Legal & Regulatory Officer as Acting Corporate Secretary ISAT, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/2/2021).

Dia menegaskan, tidak ada dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, kelangsungan usaha perseroan pada saat ini.

“Dapat kami yakinkan bahwa begitu informasi material lebih lanjut sehubungan dengan kemungkinan transaksi tersebut ada, maka hal tersebut akan kami sampaikan ke pihak yang berwenang,” katanya.

Sebagai perbandingan, pada Oktober 2019, Indosat resmi menjual sebanyak 3.100 menara kepada dua pemenang tender yakni PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dan PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).

Nilai penjualan yakni Rp 6,39 triliun atau setara dengan dengan 54,30% dari ekuitas perseroan berdasarkan laporan keuangan ISAT 30 Juni 2019.

Dari 3.100 menara, 2.100 di antaranya diambil oleh Mitratel (anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk/TLKM yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi) dan sisanya diambil Protelindo, perusahaan milik PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dari Grup Djarum.

Catatan CNBC Indonesia, memang bukan kali ini saja perseroan melepas asetnya. Pada 2013, Indosat melepas 2.500 menaranya ke PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dari Grup Saratoga senilai US$ 406 juta (sebelum dikenakan beberapa penyesuaian harga).

Dari total nilai akuisisi tersebut, sebesar 17,98% atau US$ 73 juta dibayar dalam bentuk saham dari perusahaan menara itu.

Di luar penjualan menara ini, ISAT dan Tri Indonesia dalam proses konsolidasi. Manajemen operator Tri Indonesia atau 3 yakni PT Hutchison 3 Indonesia menyatakan backdoor listing masuk menjadi salah satu opsi yang dikaji oleh para pemegang saham terkait dengan konsolidasi dengan ISAT.

Backdoor listing merupakan aksi akuisisi oleh perusahaan non publik kepada perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa.

Sebagai catatan, perusahaan pengendali Indosat, Ooredoo Q.P.S.C, asal Qatar sudah menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) yang eksklusif dan tidak mengikat secara hukum dengan CK Hutchison Holdings Limited (CK Hutchison), induk Tri Indonesia.

MoU yang diteken pada akhir Desember 2020 itu sehubungan dengan rencana potensi transaksi untuk mengkombinasikan Indosat dan Hutchison 3 Indonesia, anak usaha CK Hutchison , kendati tidak spesifik memakai kata merger.

Editor : Aron
Sumber : cnbcindonesia