JAKARTA – Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyatakan para mafia beras masih terus beraksi mengganggu distribusi pasokan dan kestabilan harga di Indonesia sampai dengan saat ini. Bahkan, ia menyebut para mafia beras masih terus beraksi di tengah pandemi virus corona atau covid-19.
“Saya sampaikan dengan kondisi covid ini, mafia masih ada. Mafia ini tidak takut dengan covid, justru memanfaatkan covid itu untuk dia bekerja lebih keras,” ucap Buwas, sapaan akrabnya saat rapat bersama Komisi IV DPR, Kamis (25/6).

Menurut Buwas, sebenarnya sudah ada beberapa oknum mafia yang diketahuinya. Hal ini terindikasi dari berbagi kecurangan yang ditemuinya di lapangan.

“Masalahnya sampai saat ini saya bukan lagi polisi, apalagi bicara saya sebagai Kabareskrim,” imbuhnya.Bukti-bukti pun sudah dikumpulkannya dan dilaporkan ke aparat penegak hukum. Tindak lanjut ke aparat hukum ini, katanya, perlu dilakukan karena Bulog tidak punya wewenang secara hukum.

Selain melapor ke aparat hukum, Buwas mengklaim juga selalu mengkoordinasikannya ke Satuan Tugas (Satgas) Pangan. Sayangnya, berbagai hal ini memang belum bisa menghentikan gerak para mafia.

“Mafia ini harus kita lawan lebih keras. Ini memang sulit manakala kita tidak ada sinergi pemahaman bersama untuk menghilangkan mafia ini. Jujur sampai hari ini juga masih ada Pak, Bu,” katanya.

Kendati begitu, Buwas enggan mengungkap ke publik siapa saja oknum mafia beras yang diketahuinya itu. Ia menilai pengusutan tetap harus melalui aparat penegak hukum.

“Saya tahu tapi tidak mungkin saya buka di sini. Kalau saya buka di sini justru nanti menyulitkan daripada penegak hukum,” ungkapnya.

Namun Buwas memberi contoh bagaimana mafia beras itu bekerja. Salah satunya, sambung Buwas, dengan menjelekkan kualitas beras dan citra Bulog di masyarakat.

Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak percaya dan tidak mau mengonsumsi beras Bulog, sehingga masyarakat mencari distributor lain. Padahal, ia mengklaim kualitas beras Bulog baik dan merupakan hasil serapan dari petani di seluruh Indonesia.

“Mafia ini berjuang agar Bulog tidak bisa eksis, lalu diviralkan beras kualitas jelek, yang ketika dibuka banyak kutunya. Jangankan timbangan beras, kualitas pun tidak kami kurangi. Kami transparan,” imbuhnya.

Basmi Kutu Beras

Tak hanya kewalahan membasmi mafia, Buwas juga sempat melempar curahan hati alias curhat kepada para anggota Komisi IV DPR soal sulitnya membasmi kutu beras. Namun, kali ini kutu yang dihadapi Buwas benar-benar merupakan hewan parasit yang sering ditemui di beras.

Menurutnya, kutu-kutu ini berkembang di gudang Bulog yang menyimpan beras pasokan lama. Pasalnya, ada penurunan kualitas beras ketika disimpan terlalu lama.

“Kutu-kutu itu bertelur, kami buru tapi kutu itu bisa terbang sampai 400 meter. Kami bersihkan di gudang yang satu, begitu dibuka dari gudang yang lain masuk, jadi terus menerus,” ujarnya.

Kendati begitu, ia memastikan tidak ada kutu pada beras yang didistribusikan ke masyarakat karena sudah menggunakan mesin rice to rice yang mampu membuat beras tanpa kutu. Proses ini sudah diterapkan di gudang Bulog yang terletak di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

“Jadi tidak mungkin ada kutu, apalagi telurnya hilang semua, beras kami jadi bagus. Kami juga tidak menggunakan bahan pengawet atau bahan kimia sedikit pun,” katanya.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia